Petani Menjerit Harga Gabah Anjlok, Pemerintah Tutup Telinga
Sumbawa, Fokus NTB – Sejumlah aktivis pemerhati sosial kemasyarakatan yang diketuai oleh Iying Gunawan mendatangi Perum Bulog Sumbawa guna menindak lanjuti anjloknya harga gabah petani khususnya pulau Sumbawa (11/4/2022).
Iying menjelaskan, kami mendatangi Perum Bulog Sumbawa untuk mempertanyakan kinerja Bulog yang tidak sesuai dengan realita lapangan, petani Sumbawa menjerit karena harga gabah anjlok jauh dibawah HPP, kemudian ditambah lagi tidak adanya pembeli gabah.
“Kami sangat menyayangkan hal seperti ini terjadi, tanpa ada tindak lanjut dari pemerintah maupun legislatif selaku wakil rakyat yang duduk di DPRD Sumbawa untuk mengupayakan apa yang menjadi aspirasi masyarakat tentunya sesuai dengan tupoksi masing-masing fraksi,” ujarnya.
Buntut dari anjloknya harga ditambah lagi tidak adanya pembeli yang mau menerima gabah petani sehingga mengakibatkan petani menjerit dan pasrah sebab mereka tidak tahu harus mengadu kemana.
Iying tekankan kepada pemerintah agar lebih peka dan jangan tutup telinga ketika dihadapkan dengan kepentingan rakyat. Negara harus bertindak tegas dan memberi sanksi hukum kepada mafia gabah, agar sehingga perilaku buruk dan curang tidak akan terus diterima oleh petani di pulau Sumbawa.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bulog Sumbawa, Umar Syarif mengatakan, tidak dibenarkan para peleleh membeli gabah dibawah harga HPP sesuai dengan Permendag nomor 24 tahun 2021 adalah acuan dasar bahwa harga gabah sudah diatur. HPP gabah adalah Rp. 4.200/kg dengan kadar air maksimal 25 persen. Untuk mengetahui kadar air harus ada alat ukur yang dipakai.
Syarif juga menambahkan rata-rata gabah petani ketika panen kadar airnya adalah 20-24 persen, dalam hal ini ketika dipanen saat padi sudah menguning dan tidak terkena air hujan.
Syarif juga menyampaikan bahwa Bulog Sumbawa memiliki mitra sebanyak 27 mitra di KSB. Mitra inilah yang menjadi ujung tombak bulog dalam menyerap gabah petani. Mitra wajib membeli gabah petani dengan harga HPP. Ketika terjadi transaksi di bawah HPP, baik oleh mitra maupun oleh yang lainnya maka hal ini sudah melanggar ketentuan.
Di tempat terpisah Sahwan selaku petani mengatakan, kami tidak tahu lagi harus mengadu kemana, di tengah anjloknya harga gabah, ditambah lagi tidak adanya pembeli. “Jika seperti ini maka tahun depan kami stop tanam padi, kami akan bukan lahan baru untum tanami jagung saja,” kata Sahwan.
Sambung Sahwan, sepertinya pemerintah lebih memperhatikan petani jagung ketimbang petani padi, terbukti dengan adanya acara panen raya jagung yang dihadiri oleh bapak Bupati dan ibu Kepala Dinas Pertanian kab. Sumbawa. Itu artinya pemerintah secara tidak langsung sama halnya menginginkan petani Sumbawa harus beralih dari tanam padi menjadi petani jagung saja, yang dikuatkan dengan harga jagung cukup menjanjikan.
Sahwan mempertanyakan mengapa pemerintah dan legislator yaitu DPRD seolah tutup telinga dengan anjloknya harga padi. Malah Bupati dan Kepala Dinas Pertanian ikut menghadiri acara panen raya jagung, di mana nurani mereka. (Amir).