EdukasiOpini

Harlah PMII Ke-62: Pentingnya Memperkuat Jiwa Literasi Bagi Sahabat-Sahabat PMII

Oleh: Hasrul Jihad, Ketua Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Teknologi Sumbawa (UTS).

Sumbawa Besar, FokusNTB – Tepatnya pada 17 April 1960 di Surabaya menjadi sebuah momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia, khususnya mahasiswa nahdliyin. Yang dimana pada saat itu diresmikannya berdiri suatu organisasi kemahasiswaan Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau yang disingkat PMII.

Tepat hari ini, 17 April 2022, PMII telah berusia 62 tahun. Sebuah usia yang tidak bisa dikatakan muda lagi. Sekalipun PMII bukan merupakan organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia, tetapi PMII telah menjelma menjadi organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia dengan memiliki kurang lebih 231 Cabang (tingkat kabupaten/ kota), 25 Koordinator Cabang (tingkat provinsi), 1664 Komisariat (tingkat universitas/kampus) dan 5115 Rayon (tingkat fakultas) yang tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan saat ini PMII telah memiliki cabang di luar negeri.

Selain itu juga, hingga di usianya ke-62 tahun ini, PMII telah mencetak kader-kader yang telah membersamai pembangunan bangsa, baik di ruang politik, pemerintahan, akademisi hingga profesional dan ruang-ruang lainnya. Itu semua tidak lahir begitu saja, melainkan lahir dari perjalanan panjang PMII dengan berbagai dinamikanya. Tentu ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi PMII. Namun, sebagai organisasi pergerakan, PMII tidak boleh berhenti sampai di situ saja.

PMII mesti terus bergerak maju hingga menjadi organisasi yang mampu mentransformasikan gerakannya dan mampu merawat peradaban, seperti pada tema besar yang diangkat pada Harlah PMII ke-61 tahun ini yaitu “Transformasi Gerakan dan Merawat Peradaban”.

Pada moment harlah PMII yang ke 62 ini, ada beberapa hal yang saya sampaikan untuk menjadi sebuah refleksi kita Bersama.

Seperti yang saya sampaikan di atas tadi bahwa PMII hari ini mimiliki puluhan PKC, ratusan Cabang, hingga ribuan Komisariat dan Rayon yang tersebar di seluruh Nusantara bahkan dunia sekalipun. Nah dengan modal SDM sebesar ini, Namun sangat disayangkan jika para kader PMII tidak memiliki jiwa literasi yang mampu mengubah pola pikir dan mindset para kader PMII menjadi lebih baik. Lalu yang menjadi peertanyaan adalah bagaimana mengubah pola pikir dan mindsetnya sahabat-sahabat PMII? Maka jawabannya tidak terlepas dari literasi itu sendiri baik itu membaca, menulis dan berdiskusi.

Pertama, membaca. Dengan membaca kita bisa banyak sekali mendapatkan informasi. Membaca juga memiliki peran yang sangat vital dalam menyumbang generasi-generasi emas pembawa kemajuan, saya pun sepakat bahwa dengan membaca kita bisa meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan. Begitupun dengan teknologi yang semakin canggih saat ini sehingga kita juga bisa lebih mudah dalam mencari informasi maupun kondisi terbaru yang sedang terjadi dan bisa membaca pembelajaran-pembelajaran baik itu sejarah ataupun motivasi-motivasi yang mampu memperluas wawasan-wawasan kita.

“Karena bagi saya, membaca itu tidak bisa dipersempit hanya membaca buku saja, tapi bagaimana kemudian kita bisa membaca diri kita, lingkungan kita, atau bahkan membaca realita-realita yang terjadi saat ini. Sehingga kemudian mampu melahirkan kepekaan social yang egaliter.”

Kedua, menulis. Menulis menjadi sesuatu yang sangat penting di zaman sekarang. Terlepas dari kita seorang penulis atau tidak, keterampilan menulis harus dimiliki oleh setiap orang. Apalagi kita sebagai kader mapun anggota PMII.

Menulis itu penting, karena dengan adanya tulisan kita bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Sesederhana apapun kata yang dituliskan, pasti bermanfaat bagi yang sedang membutuhkannya. Bahkan dengan menulis, kita juga bisa memberikan kritikan-kritikan terhadap realitas yang terjadi saat ini. Coba kita memahami secara saksama, bahwa ada sosok Mahbub Djunaidi yang merupakan ketua umum pertama PMII serta menahkodai PMII hingga tiga periode kepengurusan. Terkenal dangan julukan ‘pendekar pena’ karena kepandaiannya dalam menulis dengan gaya bahsa setire dan bernuansa kritik. Maka sosok Mahbub Djunaidi ini bisa kita jadikan tauladan untuk membangkitkan semangat dalam perihal menulis untuk sahabat-sahabat PMII pada kushusnya.

Ketiga, berdiskusi. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai satu masalah yang dilakukan oleh sekelompok orang. Diskusi merupakan sebuah interaksi komunikasi antar dua orang atau lebih. Berbeda dengan bincang-bincang biasa, karena diskusi mengandung pemikiran yang melibatkan argumen-argumen rasional untuk menyampaikan pemikirannya tersebut.

Banyak ide-ide besar lahir dari sebuah forum diskusi. Contohlah ilmu filsafat yang pertama kali dikembangkan oleh pedagang-pedagang dari Asia Kecil sebelum sampai ke Yunani. Di Yunani, perbincangan ilmu filsafat tersebut diangkat ke sebuah forum diskusi yang mulai dihinggapi oleh masyarakat luas hingga menjadi perbincangan para elit-elit polis setempat. Masih banyak contoh ide besar lainnya yang lahir dari rahim sebuah forum diskusi.


Begitupun di PMII sendiri akan terasa hambar bagi sahabat-sahabat PMII yang haus akan luasnya dunia intelektual tanpa sebuah forum diskusi. PMII sebagai wadah kaum intelek sesungguhnya sangat membutuhkan forum diskusi yang untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada sertiap kader mapun anggota. Sebenarnya budaya berdiskusi ini dibutuhkan oleh semua elemen masyarakat bukan hanya sahabat-sahabat PMII, tapi sahabat-sahabat PMII sebagai kaum intelektual adalah elemen yang paling membutuhkan aktivitas diskusi. Sahabat-sahabat PMII harus menjadi contoh bagi seluruh elemen masyarakat dan mahsiswa lain dalam melestarikan budaya berdiskusi.

Dengan demikian, sebagai generasi muda yang menjadi bagian sivitas akadimika, sahabat-sahabat PMII wajib mengembangkan budaya literasi baik itu membaca, menulis dan berdiskusi.

Sehingga dengan itu PMII akan mampu melahirkan pemimpin-peminpin berkualitas yang memiliki wawasan luas, analisis tajam, peka akan lingkungan sosial, permasalahan sosial, dan memiliki kemampuan yang mumpuni.

Akhirnya, sebagai kader yang lahir dari rahim PMII, saya mengucapkan selamat Hari Lahir Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang ke-62 tahun. saya berharap semoga di usianya ke-62 tahun ini, PMII tetap senantiasa memperjuangkan keislaman yang berlandaskan ASWAJA dan keindonesian yang berlandaskan Pancasila.

Salam pergerakan..!!!

Related Articles

Back to top button