Oleh: Andi Ferdiansyah, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Samawa.
Sumbawa, Fokus NTB – Pada era globalisasi ini banyak menuntut usia remaja untuk mengenal berbagai hal yang baru. Perilaku remaja pada umunya merupakan suatu pengembangan jati diri, dimana usia remaja ingin diberikan kebasan dalam melakukan sesuatu yang meraka inginkan. Remaja lebih di istilahkan sebagai massa adolescence, yang mencakup banyak arti yang kuat, dalam hal ini yang mempengaruhi yaitu, kematangan mental, emosional dan fisik (Durandt, 2015). Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam perkembangan masa dewasa akan mengalami berbagai perubahan biologi, psikologis, dan perubahan sosial (Notoatmodjo, 2007).
Menurut (WHO) memperlihatkan bahwa jumlah pecandu rokok di Indonesia cenderung meningkat. Nikotin yang terkandung di dalam rokok seharusnya di peredarannya di awasi secara ketat seperti Alcohol. Walaupun begitu jumlah produksi rokok setiap tahunnya bertambah. Di tahun 2011 mencapai 260 milyar melihat batang yang menjadi 279 batang di tahun 2012 .
Mengapa setiap orang untuk berhenti dari rokok? efek dari Nikotin adalah salah satu dari faktor membuat remaja susah berhenti untuk merokok. Pada masa remaja adalah masa peralihan dimana banyaknya masalah tekanan dan pencarian jati diri, kemampuan dari remaja yang hanya mengelolah secara instan dan mengelolah perkembangan yang belum optimal. Oleh karena itu efek dari nikotin menjadi salah satu pelarian bagi para remaja di indonesia dan lebih khususnya di daerah kabupaten Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kenakalan remaja di era globalisasi pada daerah sumbawa semakin meningkat, hal ini dapat diketahui dengan melakukan pengamatan pada perilaku remaja disekitar lingkungan kita, baik itu di lingkungan kampus, sekolah, lingkungan masyarakat atau melalui media masal. Beberapa contoh, ulah remaja belakangan ini makin mencemaskan masyarakat.
Mereka tidak lagi sekedar terlibat dalam aktiitas nakal seperti; membolos sekolah, merokok, minum-minuman keras, atau menggoda lawan jenisnya, tetapi tak jarang mereka terlibat dalam aksi tawuran layaknya preman, penjambretan, pemerasan, pencurian, perampokan, penganiayaan, obat-obatan seperti narkoba, terjerumus dalam kehidupan seksual pranika dan berbagai bentuk prilaku lainya. Penyebab munculnya kenakalan remaja tersebut dapat digolongkan menjadi dua faktor, yakni faktor dari remaja itu sendiri (internal) dan faktor dari luar atau lingkungan remaja (eksternal).
Faktor internal:
Krisis identitas akibat perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Nah, kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
Kontrol diri yang lemah juga menyebabkan remaja sulit membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku menyimpang. Meskipun sudah tahu pun, ada beberapa remaja yang sulit mengontrol keinginannya untuk melakukan hal-hal menyimpang tersebut.
Faktor eksternal:
Keluarga yang bermasalah, perceraian orangtua, dan kurangnya komunikasi antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pola didikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap jati diri anak juga bisa menjadi penyebab. Selain itu, teman sebaya dan komunitas atau lingkungan tempat tinggal yang kurang baik juga berpengaruh jika si anak terus menerus berinteraksi dengan kelompok tersebut.
Cara Mengatasi Kenakalan Remaja:
Kegagalan mencapai identitas peran yang matang dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Remaja sebaiknya memang mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang matang sehingga ia bisa mencontoh perilaku dan pola pikir yang matang pula. Hal tersebut bisa dibantu dengan cara-cara berikut ini:
Dukungan dari keluarga, guru, dan teman sebaya untuk memperbaiki diri
Orangtua berusaha menciptakan suasana yang kondusif, harmonis, dan memperbanyak komunikasi terhadap remaja.
Arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul, dan seperti apa yang baik dan ideal.
Membentuk pengontrolan diri supaya tidak mudah terpengaruh oleh kebiasaan negatif dari teman sebaya. (red)