Mimpi Sumbawa ‘Ditangan’ Johan Rosihan
IYING GUNAWAN, S.E
Aktivis Sosial
Wakil rakyat Pulau Sumbawa, Johan Rosihan baru saja mengeksplore kebolehan Australia dalam mengembangkan peternakannya melalui medsos pribadi. Nampak peternakan itu memiliki udara yang sejuk, rumputnya sangat sedap dipandang mata, tentu hewan-hewan disana nyaman dan ‘riang gembira’.
Saya sejak beberapa tahun silam sebelum corona menyerang seantero bumi sudah beberapa kali diskusi dengan beberapa tokoh kita agar bagaimana menghadirkan sentral ternak di Sumbawa, semuanya nampak setuju dan ternyata mimpi kita pada dasarnya sama, ingin peternakkan kita maju. Tapi sampai saat ini ide itu masih sebatas bunga tidur.
Kita memiliki lahan paling luas dengan populasi paling sedikit di NTB. Lahan kita dominan mati suri. Saking banyaknya lahan, oleh sebagian masyarakat kita dijual dengan harga tidak pantas pada investor yang tidak jelas. Uniknya, kita gadai lahan pada Bali, Lombok, dan Bima namun Sumbawa sendiri buruhnya. Ini tentu dampak sistem pemberdayaan yang tidak jalan pada dinas dan instansi terkait untuk masyarakat, sehingga mandeknya pertumbuhan pengusaha baru lokal.
Pariwisata kita sampai saat ini masih terjepit oleh nama beken Bali, kepiawean Lombok, dan keunikan Pulau Komodo, bahkan oleh Pulau Sumbawa bagian timur kita kalah strategi. Memaksakan pariwisata dengan jor-joran anggaran adalah sebuah kesalahan. Festival Moyo menjadi contoh ‘pepesan kosong’.
Justru, dengan memadukan sektor lain dengan pariwisata, lahan tidur kita bukan sekedar ladang investasi dengan peluang ekonomi bagus masa depan, tapi setidaknya bisa mengurangi pengangguran, melahirkan para pengusaha baru, dan dengan pertumbuhan ekonomi makro, juga bisa mencegah lebih banyak anak Sumbawa putus sekolah dalam waktu lebih cepat.
Lima tahun di Senayan saya yakin Johan Rosihan mampu mewujudkan mimpi sentral ternak itu minimal satu. Setahu saya beliau delegasi ulung dan tidak pernah main-main berbicara solusi soal nasib rakyat.