BudayaEdukasiOpini

Gerakan Feminisme dalam Pandangan HMI-wati

Oleh: Nunung Futrianti

Mengenal Feminisme memahami gerakan yang mulanya berkembang di Eropa pada abad ke-18 M. Menurut Stevent Jackson dalam bukunya teori-teori feminisme kontemporer, tujuan dari feminisme yaitu berjuang untuk menghilangkan perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat nonpatriarki tidak terdapat perbedaan sosial antara laki-laki dan perempuan. Singkatnya perjuangan kaum perempuan yang ingin merebut kembali atas apa yang menjadi haknya sedikit sulit memang mencerna kalimat itu tapi intinya mau menyampaikan bahwa feminisme melihat laki laki dan perempuan seharusnya tidak memiliki perbedaan seksual, bisakah menerima itu? Bukankah diantara keduanya memiliki perbedaan, keduanya diciptakan untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing seperti disebutkan dalam Q.S AL-Baqarah: 13 “Dan para perempuan memiliki hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf…”.

Berikutnya, ternyata feminisme melihat laki laki sebagai sosok yang sangat kejam dalam masyarakat dan hanya menjadikan perempuan sebagai korban seksualitas. Basic pemahaman feminisme tentang posisi perempuan dimasyarakat sangat berbeda dengan Islam, Islam melihat perempuan sebagai makhluk yang sama dengan laki laki di mata Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam Q.S An-Nahl: 97 “barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya.

Perlawanan dari pada Kohati, Kohati berusaha mengangkat harkat perempuan dalam belenggu tradisi masyarakat untuk mencapai posisi perempuan yang sesuai dengan kebutuhan Islam. Tetapi merespon perkembangan feminisme yang sangat kuat, sejak mulanya di bentuk Kohati (Korps HMI – Wati ) memiliki antibodi yang kuat, Ramuan pertama Kohati melakukan penguatan keilmuan islam diantara kader-kader HMI-wati. Pengetahuan keilmuan disebut diperoleh dari pengalaman, membaca buku, diskusi ataupun yang lainnya.

Pengetahuan keilmuan Islam ini tidak hanya sekedar wacana, tetapi menjadi ketetapan-ketetapan dalam dasar Kohati. Terdapat beberapa kajian penting dalam pedoman dasar Kohati seperti mengkaji ayat-ayat Al-Quran dan Hadis yang membahas tentang perempuan. Menyikapi adanya pemahaman (isu keperempuanan dalam perspektif Islam), menanggapi problem keperempuanan secara cerdas berdasarkan prespektif Islam (socio kultural) maupun kajian tentang fiqih nisa.

Apabila feminism berjuang tanpa memperhatikan aturan-aturan, Kohati berjuang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Al-Qur;an. Perjuangan Kohati memiliki 5 landasan sebagai acuan yaitu landasan filosofi dengan melihat perempuan sebagai merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki manfaat bagi semesta yang lain. Landasan teologis yaitu melihat perempuan sebagai makhluk Tuhan dan berjuang semata-mata karena Alah SWT. Landasan historis dengan berhaluan pada spirit gerakan perempuan yang pernah muncul pada konteks historis kehadiran islam,kemudian landasan konstitusi di HMI dan landasan operasional.

Ramuan terakhir, Kohati mempertahankan dan membumikan budaya Islam. Budaya feminisme liberal seperti free sex,mengkonsumsi minuman beralkohol menjadi hal yang bertolak belakang dengan lingkungan Islam, dengan begitu Kohati mengembangkan budaya Islam seperti pengajian rutin bersama membangun maupun budaya diskusi-diskusi.

Saran yang dapat saya berikan sebagaimana kita melihat berbagai permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan tentang feminisme, sehingga kader HMI terkhusus HMI-Wati wajib ikut serta dalam membenahi permasalahan yang sedang terjadi dilingkungan masyarakat seperti penyalahgunaan kata liberal atau kebebasan. Banyak sekali perempuan-perempuan yang memaknai kebebasan itu kearah yang negatif seperti merokok, minum-minuman keras, lesbian bahkan mereka sudah menganggap yang seperti itu menjadi hal yang biasa. Maka dari itu HMI-Wati berperan aktif untuk menghilangkan doktrin-doktrin yang salah tentang feminisme dengan menjadikan ajaran agama Islam (Al-Qur’an) sebagai pedoman serta rujukan didalam perjuangannya.


Langkah konkrit yang dapat direalisasikan oleh HMI-Wati dalam membenahi paham feminisme yaitu dengan melakukan serta memberikan pemahaman tentang bahayanya faham feminisme liberal jika disalah gunakan. Sehingga, pemahaman yang telah diberikan mampu diimplementasikan dalam wujud yang nyata. (Sumbawa, 25 Mei 2023)

Selamat menilisik wahai diri,

Kohati Hebat pasti bertindak dengan tepat,
Kohati hebat pasti selalu punya tempat.

Related Articles

Back to top button