SP Sumbawa Peringati IWD 2024 Lakukan Aksi Bagi Bunga di Kawasan Samota

Sumbawa, Fokus NTB – Tanggal 8 Maret setiap tahunnya, perempuan diseluruh dunia memperingati Hari
Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD). Momentum ini adalah penanda
bahwa perempuan diseluruh dunia, dalam banyak hal masih mengalami ketidakadilan. Berbagai
bentuk ketidakadilan terhadap perempuan hingga pemiskinan perempuan secara sistematis masih
terus terjadi. Perjuangan yang panjang dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan mewujudkan
keadilan masih terus dilakukan. Momentum ini hadir sebagai wujud kesadaran bahwa keadilan,
perlindungan bagi perempuan masih menjadi visi yang harus diwujudkan.
Komunitas Solidaritas Perempuan (SP) Sumbawa turut memperingati Hari Perempuan Internasional tahun 2024 dengan melakukan aksi pembagian rilis dan bunga kepada perempuan-perempuan hebat yang sedang menikmati panorama wisata Samota, Sumbawa Besar pada Jumat (8/3/2024).
Nurul Khairunnisa, Divisi Perempuan, Keadilan Agraria dan Kedaulatan Pangan Solidaritas Perempuan (SP) Sumbawa menyampaikan,
berbagai bentuk ketidakadilan, penindasan dan kekerasan terhadap perempuan akibat adanya budaya patriarki yang dilanggengkan oleh masyarakat, bahkan oleh Negara. Keterbatasan akses informasi, pendidikan, program-program yang sesuai kepentingan perempuan petani hingga kontrol terhadap sumber-sumber kehidupan dalam bidang pertanian masih terus mengancam kedaulatan perempuan petani.
“Sebut saja program food estate, 1 juta ton jagung per tahun di NTB yang terus menimbulkan berbagai persoalan terhadap kehidupan perempuan. Pengelolaan sumber pangan
yang tidak demokratis dan ramah terhadap perempuan dan lingkungan akibat penyeragaman benih,
penggunaan pupuk kimia dan pestisida serta mekanisasi pertanian hingga terjadinya penebangan
hutan dikawasan hulu ke hilir,” ucap Erin, sapaan akrabnya, Jumat (8/3/2024).
Ia juga menegaskan bahwa hal tersebut berdampak pada pengabaian pengalaman, pengetahuan dan
kearifan lokal serta peran perempuan. Belum lagi perempuan harus memikul beban berat Ketika
menghadapi bencana alam karena eksploitasi sumber daya alam.
“Disisi lain juga harus bekerja
bukan hanya untuk pemenuhan ekonomi keluarga namun tetap dilekatkan untuk mengerjakan
pekerjaan diranah domestik,” jelas Erin.
Masih Erin, situasi tersebut semakin meningkatkan kerentanan terhadap kehilangan
pangan lokal sebagai sumber kehidupannya dan perempuan terpaksa terpisah dari tanahnya
menjadi buruh dengan upah murah bahkan menjadi buruh migran ke Luar Negeri meski
pelindungan yang diberikan Negara belum komprehensif.
“Hingga saat ini, situasi perempuan buruh migran masih jauh dari kata pelindungan. Pemerintah masih abai dalam memberikan perhatian dan pelindungan terhadap Perempuan Buruh Migran,” ungkapnya.
Masih Erin, sepanjang tahun 2023, Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Provinsi NTB mencatat jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTB yang menjadi korban
TPPO mencapai 3.827 orang.
“Sepanjang tahun 2023, SP Sumbawa menerima pengaduan kasus
sebanyak 16 kasus, 8 diantaranya adalah kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), lainnya
adalah gaji tidak dibayar, kekerasan, overstay, penempatan tidak sesuai perjanjian dan semuanya
berangkat secara unprosedural,” jelasnya.
Karena itu, pelanggaran hak terhadap PBM semakin massif terjadi
disetiap tahapan migrasi mulai dari pra keberangkatan, penempatan hingga kepulangan.
Berdasarkan situasi diatas, SP Sumbawa mengajak dan mendorong untuk, “Pertama, hentikan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan kelompok minoritas,
mari saling menghargai, mendukung dan menguatkan satu sama lain. Kedua, pemerintah Sumbawa memberikan pelindungan dan memenuhi hak-hak 8 orang PMI
asal Sumbawa yang saat ini di dampingi oleh SP Sumbawa.
Ketiga, pemerintah meninjau kembali program food estate (1 juta ton jagung per tahun) karena
mengancam kehidupan perempuan dan kerusakan lingkungan,” tutupnya.
Narahubung: Ermi Alwiah: Koordinator Program SP Sumbawa (0851-4169-6166).