OpiniPolhukam

Menggali Makna; Persepsi Publik dan Implikasi Kebijakan Pasca Debat Pertama Pilgub NTB

Sumbawa, Fokus NTB – Debat pertama calon gubernur dan wakil gubernur Nusa Tenggara Barat 2024 yang berlangsung Rabu malam (23/10/24) menjadi sorotan utama dalam konteks politik lokal dalam rangka menciptakan ruang diskusi yang luas di kalangan masyarakat. Meskipun tidak ada pemenang yang jelas dari debat ini, reaksi publik dan liputan media menunjukkan bahwa setiap pasangan calon (paslon) berhasil menarik perhatian segmen pemilih yang berbeda. Analisis ini akan membahas tema-tema utama yang muncul dari debat tersebut, termasuk pendekatan komunikasi, aspirasi pemilih, dan implikasi kebijakan yang diusung oleh masing-masing paslon.

Pendekatan Komunikasi dan Strategi Politik

Setiap paslon menggunakan strategi komunikasi yang berbeda untuk menarik perhatian pemilih. Paslon 1, Sitti Rohmi Djalillah dan HW Musyafirin, menekankan pengalaman dan keberlanjutan program yang telah dilaksanakan saat menjadi wakil gubernur NTB 2018-2023. Mereka menggunakan pendekatan pragmatis yang memberikan rasa aman kepada pemilih, terutama bagi mereka yang menghargai stabilitas dan kesinambungan. Dalam konteks ini, Lentz (2020) menunjukkan bahwa pemilih cenderung lebih memilih calon yang memiliki rekam jejak yang jelas dalam pemerintahan.”Saya dan Pak Firin (Bupati KSB 2016-2021 dan 2021-2024) pernah berkarya di daerah ini. tentunya segala yang baik-baik akan kami lanjutkan, tapi yang kurang akan kami tingkatkan”. Pernyataan ini menunjukkan pondasi keberlanjutan yang kuat, kestabilan dan apresiasi kinerja petahana yang menjadi lawan politiknya saat ini, DR. Zulkieflimansyah.

Sebaliknya, Paslon 2, Zulkiflimansyah dan Suhaili FT, menghadirkan visi ambisius untuk perubahan besar. Pendekatan mereka yang lebih progresif sangat menarik bagi pemilih muda yang mendambakan reformasi dalam sistem pemerintahan. Teori mobilisasi politik yang diuraikan oleh Dahl (2019) mengindikasikan bahwa pemilih yang terlibat dalam perubahan besar cenderung memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi. Namun, kurangnya rincian praktis dalam rencana mereka dapat menimbulkan skeptisisme di kalangan pemilih yang menginginkan jaminan konkret. “Apa yang disampaikan paslon 1 dan paslon 3 normatif sekali, karena sesungguhnya Zul-Uhel (paslon nomor 2) terutama DR. Zulkieflimansyah itu tidak lagi rencana dan janji-janji, dia sudah buktikan sebelumnya (2018-2023)”. Keberanian mereka untuk menyampaikan ide-ide progresif dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam perubahan menciptakan resonansi yang kuat di kalangan generasi muda, yang semakin mengutamakan isu-isu ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Apalagi Zulkiflimansyah, sebagai mantan gubernur, dikenal atas kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan partisipasi publik dalam pembangunan.

Paslon 3, Lalu Muhammad Iqbal dan Indah Dhamayanti Putri, berfokus pada profesionalisme dan efisiensi birokrasi. Meskipun pendekatan teknokratis mereka menarik bagi kalangan birokrat, Penelitian Mazzoleni (2019) menunjukkan bahwa pendekatan yang terlalu sempit dalam komunikasi politik dapat mengalienasi pemilih yang mencari perubahan sosial dan ekonomi yang lebih menyeluruh. Hal ini menjadi perhatian penting, terutama dalam konteks masyarakat NTB yang beragam. Oleh karena itu, penting bagi paslon untuk menyeimbangkan aspek teknokratis dengan narasi yang lebih inklusif. “Yang jelas ada 16.000 ASN di NTB, saya tidak akan membiarkan mereka di politisasi, mengalami demoralisasi, saya akan dukung mereka melakukan yang terbaik yang mereka bisa sehingga nanti mereka bisa berkembang menjadi ASN yang profesional, bermartabat dan sejahtera”. Pernyataan ini semakin memperkuat pendekatan teknokratis Paslon 3. Namun, fokus yang terlalu teknokratis dapat membuat mereka kurang relevan bagi pemilih umum yang lebih menginginkan solusi untuk masalah sosial yang lebih luas dan inklusi.

Aspirasi Pemilih dan Respons Publik Reaksi publik terhadap debat menunjukkan perbedaan dalam aspirasi pemilih di NTB. Pemilih yang mengutamakan stabilitas dan pengalaman cenderung mendukung Paslon 1, sementara pemilih muda yang mencari perubahan dan keberlanjutan signifikan lebih mungkin condong ke Paslon 2. Penelitian Ponniah dan Ramakrishnan (2021) menyoroti pentingnya pemahaman terhadap dinamika pemilih dalam merumuskan strategi kampanye yang efektif.Paslon 3, meskipun spesifik di kalangan teknokrat, harus berusaha lebih keras untuk menjangkau pemilih yang lebih luas. Sebuah studi oleh Schneider dan Ingram (2020) menunjukkan bahwa calon yang mampu merangkul beragam aspirasi pemilih akan memiliki peluang lebih besar untuk memenangkan dukungan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam konteks Pilgub NTB, penting bagi setiap paslon untuk tidak hanya menyampaikan rencana dan visi, tetapi juga memahami konteks sosial dan ekonomi yang melatarbelakangi aspirasi pemilih.

Implikasi Kebijakan dan Masa Depan NTB

Debat ini tidak hanya mencerminkan perbedaan pandangan antara pasangan calon, tetapi juga mengindikasikan arah kebijakan yang mungkin diambil jika salah satu dari mereka terpilih. Paslon 1 mungkin akan terus melanjutkan program yang ada, sedangkan Paslon 2 sebagai petahana, berpotensi membawa peningkatan yang lebih progresif. Sedangkan paslon 3 lebih mengedepankan pendekatan administratif yang lebih normatif.

Selain itu, penting untuk menciptakan ruang bagi dialog yang konstruktif antara pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan akan semakin memperkuat legitimasi pemerintahan dan meningkatkan kepercayaan publik. Dalam hal ini, pemimpin yang terpilih diharapkan mampu menjembatani perbedaan ini dengan pendekatan yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat NTB.

Dalam konteks politik yang semakin kompleks, penting juga memperhatikan isu atau berita bohong yang dapat merusak reputasi calon dan membingungkan pemilih. Oleh karena itu, penting bagi setiap paslon untuk tetap fokus pada fakta dan kinerja mereka. Paslon yang mampu menjaga integritas dan menjelaskan kebijakan mereka secara jelas akan memiliki peluang lebih baik untuk mendapatkan kepercayaan publik. Media juga berperan penting dalam menyajikan informasi yang akurat dan menghindari penyebaran informasi yang menyesatkan (Fisher, 2021).

Debat Pilgub NTB 2024 mencerminkan keragaman aspirasi dan harapan masyarakat. Setiap paslon memiliki pendekatan dan strategi komunikasi yang berbeda, yang mencerminkan kebutuhan dan keinginan pemilih. Memahami dinamika ini menjadi kunci bagi setiap calon untuk merumuskan kebijakan yang tidak hanya relevan, tetapi juga dapat diimplementasikan dengan efektif. Dalam era informasi saat ini, penting bagi calon untuk tetap terhubung dengan pemilih dan memberikan jawaban yang sesuai dengan harapan masyarakat. Dengan demikian, hasil pemilihan akan mencerminkan kehendak rakyat yang lebih luas dan membawa NTB menuju masa depan yang lebih baik.

Penulis : M. Syukron Anshori., S.Ikom., M.I.Kom

Dosen Fakultas ilmu Sosial dan Politik

Universitas Teknologi Sumbawa

Related Articles

Back to top button