Penulis : Gusti Arsyad, S.Kom., M.Cs
Begitu jelas, tegas, dan visioner apa yang menjadi warisan dakwah Islam Panglima Mayu Kesultanan sekaligus menjawab visi beliau dan keturunannya serta para leluhur Panglima Mayu sebelumnya lintas generasi dan zaman tergambar jelas bak sinar matahari terbit di ufuk Timur dan terbenam di ufuk Barat, laksana bulan menyinari malam gelap gulita, seperti dua benang hitam dan putih yaitu Al-Bathil dan Al-Haq.
Ada 3 data utama dalam mengulas sejarah dakwah Islam di Pulau Sumbawa dan umumnya Nusantara waktu itu:
- Artefak (Artifact: Makam, panji, senjata perang berupa keris, tombak, dan alat-alat lainnya).
- Manuskrip (Manuscript: Naskah kuno menurut UU Republik Indonesia minimal usianya 50 tahun, punya arti sejarah untuk bangsa, dan ditulis tangan bukan cetakan).
- Penuturan keluarga (History of family).
Adapun jurnal ilmiah dan buku sebagai data sekunder pasti ada kelebihan dan kekurangan karena kita tahu masih banyak manuskrip naskah-naskah kuno di Indonesia yang belum terpublikasikan akibat adanya alasan pihak keluarga dan kami menghormati hal itu. Sebagai contoh jika ada buku dan jurnal ilmiah dibahas oleh bukan keturunannya langsung kemudian terjadi kesalahan itu hal wajar karena dari buku atau jurnal setelah divalidasi oleh pihak keluarga ternyata di pohon silsilahnya tidak tertulis.
Berikut jejak dakwah Islam Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa dan keturunannya melanjutkan perjuangan para leluhur sebelumnya membumikan dua kalimat tauhid “Lailahaillallah Muhammadarrasulullah” yang artinya “Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”, dan sekaligus menjawab asal muasal falsafah Tau Samawa (Orang Sumbawa) yaitu Adat barenti Ko Syara’. Syara’ Barenti Ko Kitabullah”, artinya “Adat Berpegang Teguh Ke Syariat, Syariat Berpegang Teguh Ke Kitabullah (yaitu Al-Quran dan Hadist).”
- Trah Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa langsung dari para Sultan-Sultan Sumbawa sebelumnya yaitu jalur Ibu, Sultanah Sumbawa ke-7 yaitu I Sugiratu Addatuang Sidenreng binti Mas Madina Sultan Sumbawa ke-4 bin Mas Bantan Sultan Sumbawa ke-3, yang memiliki hubungan keluarga dengan Sultan Sumbawa ke-2 yaitu Mas Gowa berdasarkan surat Diplomatik Mas Gowa kepada pemerintah Hindia Belanda 7 Mei 1675 M. Kemudian Sultan Sumbawa ke-1 Mas Cinni (1648 – 1668 M) menikahi putri Raja Tallo yaitu Sultan Harun Alrasyid Tuminang Rilampana (Sumber: Lembaga Adat Tana Samawa disingkat LATS).
- Trah jalur Ayah Panglima Mayu dari Raja-raja Islam Bajeng (Cicit dari Karaeng Loe Ri Bajeng). Catatan khusus sebelum Raja Gowa di Islamkan oleh Ulama Minangkabau yang dikenal dalam sejarah yaitu Datuk Ri Bandang, Datuk Ri Patimang dan Datuk Ri Tiro di abad 17 (1601 sd 1700 Masehi) awal. Sedangkan Kerajaan Bajeng sudah menjadi kerajaan Islam waktu itu, ini dibuktikan berdasarkan catatan sejarah dan penuturan bahwa Gowa pernah menyerang Bajeng karena salah satu faktornya Raja Bajeng menolak lamawan anak Raja Gowa yang waktu itu belum beragama Islam. artinya masuknya Islam dari pelabuhan Bantaeng waktu itu dibawa oleh leluhur Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa yang bernama Syaikh Abdul Rahman Johan Al-Husaini yang datang dari Samudra Pasai, dan kita juga kenal dengan teori Gujarat. Syaikh Abdul Rahman Johan Al-Husaini bersama rombongan tiba di pelabuhan Bantaeng tahun 1270 Masehi (abad ke 13) karena Bantaeng menjadi pelabuhan yang maju kemudian berpindah pusat pemerintahannya ke wilayah Bajeng agar memperluas wilayah dakwah Islam.
- Makam Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa ada di Makam Sampar, khusus makam para Raja-raja atau Sultan-Sultan Sumbawa, Kerabat Sultan, dan Ulama serta paling penting dimakam ini tidak ada nama yang tertera di batu nisannya karena ajaran Islam tidak boleh mengkultuskan kuburan.
- Gelar lain dari Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa atau juga digelari Lolo Bajo dari penuturan keluarga dan atau juga masyarakat Sumbawa menggelari beliau sebagai “Dea Papen Puti Geti”.
- Asal muasal Panji Lipan Api Kesultanan Sumbawa bersumber dari Kerajaan Islam Bajeng yang disebut “Alipang Pepe” artinya Lipan Api, kemudian di Pulau Sumbawa ketika menjadi Panglima Perang Kesultanan Sumbawa maka dibuatkan khusus untuk Panglima Mayu panji Lipan Api Kesultanan Sumbawa dengan dua kalimat Tauhid seperti Panji perangnya baginda Nabi Muhammad Saw yang terdiri dari 2 warna yaitu hitam dan putih namanya Ar Rayah.
- Wasiat Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa beliau agar dimakamkan di makam Sampar dan Panji Lipan Api Kesultanan Sumbawa tidak boleh keluar dari Pulau Bungin sehingga paska beliau wafat dipegang turun temurun oleh ahli waris dan walaupun Sultan Sumbawa berganti dan Panglimanya juga diganti beberapa generasi Panji Lipan Api adalah simbol pusaka Kesultanan Sumbawa milik Panglima Mayu atas dasar penaklukan Bajak Laut waktu itu mengganggu kedaulatan Kesultanan Sumbawa dan faktor keluarga antara Kesultanan Gowa Tallo dan Kesultanan Sumbawa.
- Manuskrip tentang tauhid yang dibawa oleh Panglima Mayu itu salah satunya kami upload dari sekian banyak lembaran naskah kuno tentang “Tauhid Kepada Allah SWT dan Rasul-Nya”, karena ajaran Tauhid itu hal utama mengenal ajaran Islam yang mulia dan penuh akhlak maka setelah tauhidnya benar baru mempelajari tentang Fiqih dan ilmu lainnya.
Lahumul Fatihah untuk Ulama Nusantara, Sultan dan Bangsawan Nusantara yang berjuangan dalam dakwah Islam.
Catatan:
- Fakta sejarah di Kerajaan Bajeng ketika merger dengan Gowa, memperkuat pasukan Kerajaan Gowa-Tallo dalam melakukan safari militer dakwah Islam ke berbagai daerah wilayah Nusantara bagian timur yang pasukannya dikenal dengan “Tubarani” diperkuat dengan Bungung Barania Bajeng (Sumur yang airnya untuk mandi dan minum orang-orang berani), Sumur tua ini ada atas izin Allah SWT setelah Karaeng Loe Ri Bajeng mendapatkan petunjuk dari Allah SWT agar mengentakkan tongkatnya ke tanah tempat Sumur itu berada saat ini dan diyakini sebelum pasukan Tubarani berjihad mereka lebih dahulu meminum air dan mandi disini itulah bentuk karomah leluhur Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa.
- Ada hal menarik ditempat para leluhurnya Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa yaitu di Bajeng Gowa, kita tahu 17 Agustus 1945 M adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia yaitu pembacaan Proklamasi oleh Presiden pertama Indonesia Bpk Soekarno, faktanya di Bajeng pelaksanaan upacara hari kemerdekaan itu terjadi 14 Agustus 1945 yaitu tepat 3 hari sebelum 17 Agustus 1945. (Bajeng, Negeri Para Tubarani, Onjoki To Bajeng).
- Sersan M. Yasin bin Jamaluddin trah ke-5 Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa pernah terlibat memperjuangkan tanah air di Gunung Kawi melawan NICA Belanda tahun 1945 dan 1946 M, begitupun sepupu beliau yaitu Makkadia bin H. Muhammad Sagaf ketika terjadi perang di Irian Barat 19 Desember 1961 (1961-12-19) – 15 Agustus 1962 (1962-08-15) disebut Operasi Trikora karena faktor izin Ibunda tercinta akhirnya Makkadia trah ke-5 Panglima Mayu mengabdikan diri sebagai Juru Tulis desa Pulau Bungin waktu itu tahun 1960 dan 1961 dengan bukti piagam sertifkat atas jasa beliau mengabdi kepada negara Indonesia, dan saat ini Juru Tulis itu setingkat Sekretaris Desa (Sekdes).
Daftar Pustaka
- Napak Tilas Dakwah Islam Panglima Mayu dan Keturunannya di Kesultanan Sumbawa Abad 18-20 (Coming Soon on progress di salah satu Penerbit Nasional). Bukti-bukti beberapa Manusrkip kami posting di akun kami https://www.facebook.com/gusti.arsyad101
- Penuturan kakek Makkadia bin H. Muhammad Sagaf (trah ke-5 Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa).
- Manuskrip dakwah Islam Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa & Keturunannya serta sanad dari Leluhur beliau langsung.
- Surat Diplomatik Mas Gowa (Sultan Sumbawa ke-2) kepada pemerintah Hindia Belanda 7 Mei 1675 M
- Sejarah Kerajaan Bajeng oleh Nurrahmanullah 2 September 2024.
- Jurnal ilmiah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
- Website Lembaga Adat Tana Samawa (LATS).