![](https://www.fokusntb.com/wp-content/uploads/2024/12/Izin-berlayar-keturunan-Panglima-Mayu-780x470.jpg)
Penulis : Gusti Arsyad, S.Kom., M.Cs
Dari leluhur dan keturunannya Lolo Bajo Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa dari
Sulawesi menjadi babak baru dalam dakwah Islam Nusantara khususnya di Pulau Sumbawa
abad ke 18 sd 20.
Untuk trah Panglima Mayu kepada Raja-raja Sumbawa alhamdulillah kami sudah pernah
bahas dipostingan sebelumnya, namun inilah alasan utama mengapa Panglima Mayu memilih
Pulau Sumbawa untuk menjadi objek Dakwah Islam masa itu, karena untuk melanjutkan
perjuangan dakwah Islam para leluhur sebelumnya.
Mungkin ada pertanyaan apa hubungannya dengan tokoh pendakwah bernama
Sayyidina Bani dari Pijot Lombok Timur? Tentu ada, karena tokoh-tokoh ini pernah melakukan
misi dakwah bersama seperti pendakwah TGH Umar Kelayu, TGH Ali Batu Sakra dan Ulama
lainnya termasuk Sayyidina Bani dari Pijot yang hal ini tidak hanya dalam bentuk manuskrip
mengenai tokoh ini, melainkan beliau-beliau mempunyai keturunan dan murid sampai saat ini.
Siapakah penulis manuskrip ini? besar kemungkin yang kami yakini adalah Mantalli
cucunda dari Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa, karena jika anaknya Mantalli yang
bernama H. Muhamamd Sagaf waktu itu ketika tahun syahidnya TGH Ali Batu Sakra tahun
1891 M (penuturan cucu TGH Ali Batu Sakra rahimahullah – H. Guntur Halba) InsyaAllah, maka
H. Muhammad Sagaf terlalu muda sekitar 25 tahun karena tentunya hasil mufakat dari data
Manuskrip itu membahasnya ketika tokoh-tokoh tersebut masih hidup salah satunya TGH Ali
Batu Sakra rahimahullah. Artinya Mantalli di usia 1891 M sudah dalam tingkat kematangan
spritual, emosi, dan fisik beliau karena beliaulah yang pernah tercatat menjadi guru di Pulau
Bungin Kec. Alas Sumbawa yang sanad ilmu beliau langsung dari ayahanda dan Ulama lainnya
waktu itu sehingga beliau menjadi tokoh yang pertama kali menegakkan syariat Islam di Pulau
Bungin dengan tegas sehingga diasingkan ke Ende NTT dan Aceh oleh pihak Belanda dengan
sidang di Landra Bima karena penegakan syariat Islam dan kedua melawan penjajah Belanda
waktu itu.
Pijot Lombok Timur di abad ke 19 pernah menjadi bandar pelabuhan penting di Lombok
Timur dan hal ini related dengan dakwah Islam yang masuk melalui jalur dagang oleh para
mubaligh dan setelah suatu Raja setempat memeluk Islam maka Raja atau Sultan lah yang
menjadi pejuang dalam Islam yang didukung oleh para Ulama dan rakyatnya.
Nusantara dulu sebagai identitas maritimnya yang kuat maka kita bisa melihat
peradaban Pelabuhan di masa lampau seperti Perlak di Sumatra, Samudra Pasai Aceh, Melaka
di Malaysia, Bantaeng di Sulawesi Selatan dan lainnya serta termasuk pelabuhan Pijot Lombok
Timur yang terhubung dengan Tanjung Luar Lombok Timut saat ini masih ada relevansinya
dengan orang Bajo, Bugis dan Makassar di Tanjung Luar terhubungan dengan Sakra berjarak
sekitar 15,3 Km sedangkan Kelayu dengan jarak sekitar 16,4 Km dan Pijot berjarak 2,1 Km dari
dasar inilah antara Pelabuhan Pijot dan Sakra, Kelayu dan Tanjung Luar secara mobilitas akan
mudah membawa pasukan dan logistik tertentu.
![](https://www.fokusntb.com/wp-content/uploads/2024/12/Pijot_gmaps.jpg)
Pidjot adalah sebuah Pelabuhan besar yang ramai dan merupakan pusat perdagangan
internasional kala itu. Heinrich Zollinger, seorang ahli botani asal SWISS yang datang
berkunjung ke Lombok pada tahun 1847 M bahkan menyebutnya sebagai Pelabuhan terbaik
yang tenang, dan aman dari ancaman badai. Pelabuhan Pidjot sangat ramai disinggahi oleh
kapal kapal besar dari berbagai negeri.
Pada tahun 1882 kapal milik Lim Tjong dan kapal-kapal lainnya mengangkut beras dari
Pidjoe menuju ke Koepang, Timor (lihat Soerabaijasch handelsblad, 22-04-1882). Kapal besar
lainnya yang kerap berlabuh di Pidjot adalah Kapal Zr. Ms BATAVIA milik pemerintah Hindia
Belanda.
Catatan: Zr. Ms adalah singkatan dari Zijner Majesteits, yang berarti “Yang Mulia” dalam
bahasa Belanda. Singkatan ini digunakan untuk menunjukkan kapal perang milik negara yang
sedang beroperasi di bawah perintah atau otoritas Raja atau Ratu Belanda (Stiching Maritime
Historisch).
![](https://www.fokusntb.com/wp-content/uploads/2024/12/Pijot_gmaps-2.jpg)
Dari data ini kami komparasikan dengan dokumen resmi Kapal Mantalli bin Caddi Mayu
Bugis, dokumen itu ditulis oleh pihak pemerintah Belanda atas izin lalu lintas palayaran pada
tanggal 26 Juni 1890 M, dan dokumen asli ini disimpan oleh trah ke-5 Panglima Mayu
Kesultanan Sumbawa sebagai bukti dakwah Islam dan mobilitas barang seperti beras dan
sembako lainnya masuk ke Pulau Sumbawa dan keluar Sumbawa, dan salah satu kapal
berbobot besar ini bisa mengangkut barang dan manusia dengan nama kapal “Sari Pandan”.
Berdasarkan penuturan, artefak dan manuskrip yang ada berikut kami salin nama
pendakwah bernama Sayyidina Bani Dari Pijot Lombok Timur yang manuskrip tersebut ditulis
dengan bahasa Arab-Melayu sebagai berikut سيدنا باني دري ڤيجوت
Daftar Pustaka
- Buku Napak Tilas Dakwah Islam Panglima Mayu dan Keturunannya di Kesultanan
Sumbawa Abad 18-20 (Coming Soon on progress di salah satu Penerbit Nasional). - Manuskrip nama-nama Ulama Lombok dalam bahasa Arab-Malayu sekitar abad ke 19.
- Dokumen resmi dari pemerintah Hindia Belanda izin pelayaran kapal keluarga besar
Panglima Mayu Kesultanan Sumbawa 26 Juni 1890 M. - Di Balik Cerita TGH. Ali Batu Lombok Timur di akses 15 Desember 2024 di link
https://radarmandalika.id/di-balik-cerita-tgh-ali-batu-lombok-timur/ - Google Maps
Lahumul Fatihah untuk Ulama Nusantara, Sultan dan Bangsawan Nusantara yang berjuangan
dalam dakwah Islam Nusantara.