Opini

Lingkungan Remaja dan Lingkungan Alam: Ruang Diskusi yang Perlu Diperluas

Oleh: Fahrizal Nur Efendi

Pembahasan tentang remaja sering kali berputar pada soal pergaulan. Kita diajak waspada terhadap lingkungan sosial yang bisa menjerumuskan, seperti kecanduan game, pergaulan bebas, hingga kekerasan jalanan. Pesan ini tentu benar adanya, sebab lingkungan sosial memang menentukan arah masa depan generasi muda.

Namun, pertanyaan penting muncul: apakah pembahasan mengenai lingkungan remaja sudah cukup bila hanya terbatas pada ranah sosial? Bagaimana dengan lingkungan alam yang sehari-hari menjadi ruang hidup mereka?

Hari ini kita menyaksikan kerusakan hutan, pencemaran sungai, dan rusaknya tanah akibat eksploitasi sumber daya alam. Pertambangan, deforestasi, hingga sampah plastik perlahan merampas ruang hidup generasi muda.

Akibatnya, remaja tidak hanya berhadapan dengan risiko pergaulan yang salah, tetapi juga ancaman ekologis yang bisa membatasi masa depan mereka.

Kita bisa membayangkan, apa artinya membina remaja agar rajin belajar dan berprestasi, bila pada saat yang sama tanah pertanian mereka hilang, sumber air bersih tercemar, atau udara dipenuhi debu tambang? Bukankah itu sama-sama merusak masa depan mereka, hanya dalam bentuk yang berbeda?

Dalam wacana publik, sesekali muncul isu atau perbincangan tentang kemungkinan adanya tokoh masyarakat yang terlibat dalam aktivitas ekonomi yang berpotensi merusak lingkungan. Isu ini tentu masih sebatas dugaan dan belum dapat dipastikan kebenarannya. Karena itu, penting bagi kita untuk menjunjung tinggi prinsip praduga tak bersalah.

Namun, tanpa menunjuk siapa pun, generasi muda tetap berhak menyampaikan kegelisahan. Kami tidak ingin masa depan kami dikorbankan akibat pilihan hari ini. Jangan sampai hutan yang menjadi sumber kehidupan musnah, air bersih hilang, atau tanah rusak karena kepentingan jangka pendek.

Dan jangan pula tokoh masyarakat termasuk tokoh agama yang seharusnya menjadi teladan, ikut terseret dalam arus yang dapat merugikan generasi mendatang.

Di sinilah letak tantangan kita bersama, memperluas definisi lingkungan baik bagi remaja. Tidak hanya lingkungan sosial yang sehat, tetapi juga lingkungan alam yang lestari. Keduanya tidak bisa dipisahkan.

Para tokoh masyarakat, pemimpin agama, dan pemegang kebijakan diharapkan konsisten dalam memberi teladan. Seruan menjaga lingkungan sosial remaja akan semakin bermakna bila disertai dengan kepedulian nyata terhadap kelestarian lingkungan alam. Sebab, masa depan generasi muda bukan hanya ditentukan oleh siapa mereka bergaul, tetapi juga oleh di mana mereka hidup.

Sudah saatnya diskusi tentang lingkungan remaja diperluas menjadi diskusi tentang lingkungan secara utuh “sosial dan ekologis” karena keduanya saling terkait dan sama-sama menentukan arah peradaban bangsa.

Related Articles

Back to top button