Dompu, FokusNTB – Kami berkesempatan mengikuti kegiatan tim Balai Arkeologi (Balar) Bali di Dompu pada Senin (21/6). Kehadiran para arkeolog di Dompu atas informasi keberadaan Menhir temuan masyarakat Saneo dan melanjutkan penelitian yang telah dilakukan terdahulu di sekitar situs Doro Bata, serta tempat lain.
Para arkeolog terbagi menjadi beberapa tim dengan tempat penelitian yang berbeda. Salah satunya menuju Menhir (batu pemujaan) di Desa Saneo.
Ikut dalam tim yang menuju lokasi Menhir Saneo, Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Kabupaten Dompu Wahyono S.Sos, Budayawan Syarifudin ST MT, Komunitas adat Saneo Bung Fudin dan Nurajin Fasul sebagai penunjuk jalan, serta beberapa warga yang ikut serta. Sedangkan dari Balar Bali hanya I Nyoman Rema S.S., M.Fil.H sekaligus ketua tim arkeolog Balar Bali yang melakukan penelitian di Dompu.
Menurut I Nyoman Rema yang dikonfirmasi dilokasi mengatakan bahwa peninggalan di Dompu perlu diungkap, diangkat nilainya, serta didokumentasikan. “Agar kebudayaan yang merupakan aset berharga Dompu tetap lestari dan nilai-nilainya bisa kita pelajari untuk kehidupan kita yang lebih baik” jelasnya.
I Nyoman Rema menuturkan bahwa Menhir tersebut merupakan peninggalan Ncuhi saneo yang monumental dan sangat menarik. Alasannya karena ternyata Ncuhi Saneo zaman dahulu meninggalkan sesuatu monumental yang masih lestari sampai saat ini.
Abdullah Ahmad atau Dole (60an), salah satu warga yang ikut dalam rombongan, bila nenek moyang masyarakat Saneo zaman dahulu bermukim di sekitar daerah tersebut.
I Nyoman Rema pun membeberkan pecahan gerabah yang ditemukan sekitar Menhir juga menjadi indikasikan bahwa ada pemukiman zaman dahulu. Dan sekaligus menhir ini sebagai pengingat agar masyarakat tidak sembarang membabat hutan dengan dibuktikan di sekeliling bukit terdapat batu-batu yang tersusun rapi berbentuk seperti teras dengan makaud agar tidak roboh dan terhindar dari erosi. “Harapannya mungkin kedepan agar masyarakat tidak melakukan pembalakan liar disini. Tidak menebang pohon serta mata air masih bisa diselamatkan. Mungkin dipilih bercocok tanam area yang cocok, tetapi area terjal, tebing perlu dipertahankan keasriannya” terangnya.
Senada juga yang diutarakan oleh budayawan Dompu Syarifudin, bahwa Pemerintah Dompu dengan instansi terkait (Disbudpar) harus menindak lanjutinya dengan kolaborasi antara pihak desa juga KPH agar melakukan perlindungan/konservasi terhadap kawasan tersebut. “Agar tinggalannya tetap terjaga dan terlindungi sebagai bagian dari sejarah dan peradaban lokal” harapnya.