Dompu, Fokus NTB – Setelah pengibaran pada paginya, tiba saatnya penurunan bendera pada sore hari. Kali ini pembawa baki pun berganti tangan.
Media ini berhasil mewawancarai sang pembawa baki pada upacara penurunan bendera di peringatan 17 Agustus tingkat kabupaten Dompu.
Sang pembawa baki, Meutia Cahya Chairani, membagikan cerita ketika menjalankan tugasnya saat upacara penurunan bendera.
Saat dihubungi, Meutia akrab dipanggil, mengungkapkan perasaan bahagia karena telah berhasil menyelesaikan tugas.
“Aku sangat bahagia, terharu, dan tentunya sangat bangga karena bisa menjalankan tugas yang sangat penting ini” kata dia.
Saat upacara penurunan ia bercerita sempat khawatir, karena sore itu angin bertiup cukup kencang. “Agak nervous juga, karena saat itu anginnya cukup besar dan bendera sempat terbuka jatuh kebawah, cuma kalau misalnya aku terbawa arus, deg-degan terus, nanti malah jadi berantakan, jadi harus tenang dan konsentrasi” ujar Meutia menjawab pertanyaan kami mengenai situasi saat dia menjalankan tugas.
Belajar dari pengalaman tersebut, Meutia pun mendapatkan trik. Bila terjadi lagi, untuk menghadapi situasi seperti itu, Meutia memberikan tips. “Konsentrasi, jadi awalnya tarik napas dulu, jangan mikir takut salah, jangan mikir yang lain fokus aja sama apa yang sedang dijalani saat itu, jangan mikir apa yah gerakan selanjutnya, nanti selesai ini aku harus ngapain yah, terus jangan mikir kapan selesainya” ucap dara yang punya hobi memasak ini.
Cewek yang gemar membaca ini juga menerangkan para pelatih juga memberi arahan agar tenang dan tetap fokus saat bertugas nanti tanpa memikirkan apapun.
“Jika buat kita jadi gak fokus nantinya kalau kita mikir kapan selesainya, itu malah bisa merusak konsetrasi” Meutia menirukan kata para pelatih.
Kemudian Meutia menuturkan bila keinginan jadi paskibraka terinspirasi dari keluarganya.
“Keluarga besar aku banyak yanng menjadi anggota paksibraka juga” ungkap dia.
Meutia juga ditanya tanggapannya dengan kondisi dan situasi pandemi Covid-19, sehingga upacara 17 Agustus pun sepi. Dia merasa sedih karena keluarga dan teman yang ingin menyaksikan langsung, dibatasi.
Karena pandemi Covid-19, maka jumlah anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (paskibraka) juga dipangkas.
Dia juga menginformasikan tentang personil Paskibraka kabupaten Dompu pada tahun-tahun sebelumnya mencapai puluhan, untuk upacara detik-detik Proklamasi dan penurunan Sang Merah Putih, tahun ini tidak tampak.
“Untuk tahun ini penerimaan anggota Paskibraka kabupaten Dompu hanya berjumlah 34 orang saja yang terdiri pasukan 17 dan 8. Sedangkan untuk pasukan 45 ditiadakan” beber Meutia.
Ditanya mengenai cita-cita, Meutia ingin menjadi polwan, ini juga yang memotivasi dia menjadi paskibraka. “Karena di Paskibraka dilatih fisik dan mentalnya serta dilatih kedisiplinannya. Ini bisa menjadi bekal untuk menjadi polwan nantinya” terangnya.
Bagi Meutia, tahun ini merupakan yang spesial bagi dia. Betapa tidak, meskipun disaat pandemi Covid-19, dia berhasil menjadi salah satu anggota Paskibraka kabupaten Dompu. “Dan yang paling berkesan saat dipengibaran tahun ini, karena aku diberikan kepercayaan menjadi pembawa baki” tutur cewek kelahiran Bima, Desember 2004 ini.
Meutia pun berpesan pada adik-adik /junior yang akan mengikuti tes paskibraka tahun depan agar sering latihan fisik dan mempersiapkan mental. “Karena selama diklat, adik-adik akan dibimbing oleh senior-senior yang selama ini sudah mengabdikan, serta mencurahkan semua ilmunya untuk Paskibraka” ujar cewek berpostur 164cm ini.
Sambung Meutia, bila Paskibraka bukan hanya mempelajari baris berbaris tapi juga mengajarkan untuk saling melengkapi kekurangan masing masing, serta melatih fisik dan mental.
“Tetap semangat dan jangan pantang menyerah jika nantinya o lolos, karena masih ada kesempatan tahun berikutnya” kata siswi SMAN 1 Dompu ini mengakhiri wawancara kami.
sumber foto : Meutia Cahya Chairani