EdukasiKesehatan

Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud

Oleh: Ardiansyah1, Sarinah2, Susilawati3, Juanda4.

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
1,2,3,4, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Samawa,
Jln.by pass sering, Sumbawa, indonesia
E-mail: ardiansyahadik3@gmail.com
.

ABSTRAK

Teori psikoanalisis merupakan teori yang menjadi usaha untuk menjelaskan tentang hakikat dan perkembangan kepribadian manusia. Tidak-tidak yang untuk dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek lain internalnya. Teori ini beransumsi bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini, psikoanalisis memiliki banyak hal ditawarkan untuk pendidikan. Hubungan di antara mereka seperti sebuah perkawinan di mana kedua pasangan sadar akan kebutuhan bersama mereka, tapi tidak terlalu mengerti satu sama lain dan karena juga tidak mengerti akan namaya menyatu. Jadi tujuan menganalisis teori sigmund freud ini yaitu agar kita bisa mengetahui tentang hakikat dan perkembangan kepribadian manusia
Kata kunci:sejarah psikoanalisi dalam ilmu jiwa, perkembangan kepribadian, aplikasi teori freud, teori mimpi,

PENDAHULUAN

Sigmund Freud adalah ilmuwan psikologis yang terkenal karena gagasannya tentang kepribadian manusia berdasarkan analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang berbagai literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman- pengalaman inilah yang menjadi data yang mendasar bagi evolusi teori kepribadian Freud atau kita kenal juga dengan teori psikoanalisa. Bagi Freud, teori ini cenderung mengikuti observasi dalam konsep kepribadian, sehingga akan terus mengalami revisi, bahkan sampai 50 tahun terakhir hidupnya.

Sigmund Freud adalah ilmuwan psikologis yang terkenal karena gagasannya tentang kepribadian manusia berdasarkan analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang berbagai literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman- pengalaman inilah yang menjadi data yang mendasar bagi evolusi teori kepribadian Freud atau kita kenal juga dengan teori psikoanalisa. Bagi Freud, teori ini cenderung mengikuti observasi dalam konsep kepribadian, sehingga akan terus mengalami revisi, bahkan sampai 50 tahun terakhir hidupnya.

Sigmund Freud adalah ilmuwan psikologis yang terkenal karena gagasannya tentang kepribadian manusia berdasarkan analisis tentang mimpinya, dan bacaannya yang luas tentang berbagai literatur ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Pengalaman- pengalaman inilah yang menjadi data yang mendasar bagi evolusi teori kepribadian Freud atau kita kenal juga dengan teori psikoanalisa. Bagi Freud, teori ini cenderung mengikuti observasi dalam konsep kepribadian, sehingga akan terus mengalami revisi, bahkan sampai 50 tahun terakhir hidupnya.

Karena teorinya yang terus berevolusi,Freud menegaskan teori ini tidak boleh jatuh ke dalam eklektisisme. Itulah sebabnya para pengikutnya yang memiliki pandangan berseberangan dari ide- ide dasar teori psikoanalisis akan dikucilkan secara pribadi, bahkan profesional oleh Freud. Ia menganggap dirinya sebagai ilmuwan, namun, ia memiliki definisi yang berbeda tentang ilmu dibandingkan kebanyakan psikolog saat ini.

Freud lebih mengandalkan penalaran deduktif dibandingkan metode riset yang ketat. ia juga lebih memilih melakukan observasi secara subjektif dengan jumlah sampel yang relatif kecil. Freud menggunakan pendekatan studi kasus secara eksklusif dan merumuskan secara khas hipotesis- hipotesis terhadap fakta kasus yang ditemukannya. Hal tersebut dilakukan Freud saat kajian ilmu psikologi ini memprioritaskan penelitian atas kesadaran dan memandang kesadaran sebagai aspek utama dalam kehidupan mental.

Gagasan Sigmund Freud adalah menyatakan bahwa kesadaran itu hanyalah bagian kecil saja dari kehidupan mental. Sedangkan bagian terbesarnya adalah justru ketidaksadaran atau alam tak sadar. Freud menggambarkan alam sadar dan tak sadar ini seperti bentuk gunung es yang terapung. Ukuran bentuk bagian gunung es yang muncul ke permukaan air yakni alam sadar ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan bagian gunung es yang tenggelam, yakni alam tak sadar.

Kemudian Freud memandang manusia sebagai makhluk yang deterministik yang mendefinisikan bahwa kegiatan manusia pada dasarnya dibentuk dengan kekuatan yang irasional, kekuatan alam bawah sadar, dorongan biologis, dan insting pada saat berusia enam tahun pertama kehidupannya. Teori psikoanalisis Freud bisa masuk sebagai kajian ilmu baru tentang manusia dan akan terus mengalami banyak pertentangan.

Bahkan sampai sekarang, teori ini juga masih banyak menerima kritikan dari para ahli atau ilmuwan yang berseberangan dengan gagasan Freud. Contohnya seperti pendapat H.J. Eysenck yang merupakan seorang Profesor Psikologi asal Jerman berpendapat bahwa psikoanalisis tidak bisa dianggap sebagai kajian ilmu pengetahuan. Eysenck adalah seorang tokoh beraliran behaviorisme ekstrem yang menganggap psikoanalisis tidak masuk akal jika diberi predikat ilmiah karena sama sekali tidak bersifat behavioristik.

Dalam bidang ilmu psikologi, terutama psikologi kepribadian dan lebih khusus lagi pada teori kepribadian, pengaruh Freud sangat kuat pada perkembangan teori psikoanalisis dengan beberapa fakta penting. Salah satunya bahwa sebagian besar teori kepribadian modern tentang tingkah laku atau kepribadian telah mengambil sebagian, atau setidaknya mempersoalkan beberapa gagasan- gagasan Freud.

Psikoanalisis adalah bentuk aliran yang utama dalam ilmu psikologi dan memiliki teori kepribadian atau juga bisa kita sebut dengan sebutan teori kepribadian psikoanalisis atau psychoanalytic theory of personality. Dalam praktiknya, teori psikoanalisis banyak dihubungkan dengan pendidikan yang sangat kompleks. Teori psikoanalisis ini sudah banyak memperbanyak dan memodifikasi tingkat perilaku atau sikap dalam hubungan di dunia pendidikan, yakni sebuah hubungan antara guru atau pendidik, orang tua, dan peserta didik yang bersangkutan. Ada banyak hal yang teori psikoanalisis sumbang untuk berbagai pemikiran dalam perkembangan dunia pendidikan.

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Posisi Psikoanalisis Dalam Ilmu Jiwa

Singmund Freud lahir di Moravia, 6 mei 1858, orangtuanya adalah keturunan yahudi. Pada waktu berumur 4 tahun keluarganya pindah ke wina dan ia menetap di kota itu selama 78 tahun. Setelah hitler menyerbu Austria, Ia mengungsi ke london, dan belajar ilmu kedokteran di universitas Wina, dia pernah berkerja di laboratorium profesor bruecke ( 1876-1885) dan juga pernah bekerja di rumasakit jiwa wina (1882-1882)
Psikoanalisis menurut hall (1980:24), mempunyai dua dimensi: teoritis dan praktis. Dimensi teoritis, yaitu menyangkut teori kepribadian dan dimendi itulah yang menempatkan psikoanalisi sebai bagian ilmu jiwa, sedangkan dimendi praktis, yaitu merupakan cara-cara pengobatan penyakit jiwa.
Sebelum sampe pada teori yang lengkap, psikoanalisis mengalami proses panjang: priode 1 (1895-1905), priode 2 (1895-1920), dan priode 3 (1920-1939). Priode pertama merupakan dasar yang kemudian di kembangkan pada priode kedua dan ketiga. Tentu saja, meskipun teori psikoanalisis telah mencapai tahap kesempurnaan, tidak berarti luput dari kritikan-kritikan.

Pada tahun 1885-1886 freud belajar pada jen Charcot mengenai pengobatan histeri dengan metode hipnotis, freud tidak puas dengan metode itu karena hasilnya di anggap bersifat sementara dan tidak menyinggung sumber penyakit. Setelah itu dia belajar pada Dr. breuer tentang metode katarsis, suatu cara pengobatan dengan membiarkan pasien mencurahkan kesulitannya dan dokter mendengarkan ( hall, 1980: 18). Pada waktu dia mengobati pasien dengan metode breuer itulah freud menemukan psikoanalisis dalam hal ini terlihat kaitan antara ingatan yang di lupakan dengan gejala histeri dan arti gejala itu dapat di nyatakan setelah pasian di masukan dalam keadaan hipnotis. Freud nampaknya kurang puas dengan metode breur, kemudian dia menggunakan sugesti dalam keadaan sadar yang kemudian di tinggalkannya pula dan setelah itu dia beralih pada metode asusiasi bebas (bertens, 1979:xvii) dan metode itulah yang definitif dalam psikoanalisis.

Ada tiga prinsip fundamental dalam teori freud, yaitu prisip konstansi, prinsip kesenangan, dan prinsip realitas. Prisip konstansi cenderung mempertahankan kuantitas ketegangan psikis pada taraf yang serendah mungkin atau setidak-tidaknya pada taraf yang sedapat munkin stabil. Konstansi atau stabilitas itu di hasilkan dengan cara: menghindarkan bertambahnya ketegangan, misalnya, melalui jalan “pertahanan” (melawan pertahanan ketegangan) dan dengan melepaskan energi psikis yang ada dalam subjek. Prinsip kesenangan mengutamakan pada penghindaran katidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan. Prinsip itu di anggap sebagai versi subjektif prinsip konstansi dalam arti sejauh ketidaksenangan bertalian dengan bertambahnya kuantitias ketegangan psikis dan kesenangan di kaitkan denga berkurangnya kuantitas ketegangan psikis.

Pada awal kehidupan psikis, yaitu pada anak, kedua prinsip itu lama-kelamaan, subjek (pencari kesenanga) harus mempertimbangkan realita sehingga pemuasan secara lansung di tangguhkan, dalam hal ini di sesuaikan dengan realitas dan justru itu hadir prinsip realitas, suatu prinsip kesenangan yang di sesuaikan dengan realitas. Suatu prinsip kesenangan yang di sesuaikan dengan realitas. Kehidupan psikis adalah konflik daya-daya psikis yang berlansung menurut tiga prinsip tadi.


B. STRUKTUR KEPRIBADIAN

Menurut Freud (dalam Suryabrata, 1988:145-149, dan Suyanto dkk. 1990:62-65) struktur kepribadian terdiri dari: id, ego, dan superego. Id merupakan aspek biologis,sistim orisinal dalam kepribadian atau di sebut juga dunia batin manusia yang tidak mempunyai hubungan lansung dengan duniaobjekrif, ia berisi hal-hal yang di bawa sejak lahir (insting) dan sebgai resrvoir energi psikis untuk menggerakan ego dan supereg. Lagi pula, id cenderung menghindarkan ketidakenakan dan mengejar keenakan dengan cara refleks dan reaksi otomatis (bersin dan berkedip), dan proses primer, yaitu orang lapar membayangkan makanan. Berbeda dari id, ego merupakan aspek psikologis kepribadian yang tibul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan realitas. Ego berpegang pada prinsip kenyataan dan bereaksi dengan proses skunder-suatu proses berfikir realitas dan dengan proses itu ego menyusun suatu rencana pemuasan kebutuhan dan mengujinya apakah rencana itu berhasil atau tidak, sedangkan superego adalah aspek sosiologis kepribadian, wakil nilai-nilai tradisional dan cita-ita masyarakat sebagaimana di tapsirkan orangtua kepada anak dalam bentuk perintah atau larangan sehingga anak dapat menyesuaikan tingkalakunya dengan perintah dan larangan itu. Superego berisi conscientia dan ich ideal. Conscientia menghukum orang dengan perasaan berdosa, sedangkan ich ideal menghadiahi orang dengan perasaan bangga atas dirinya sendiri. Superego berfungsi merintangi dorongan ide yang bersifat seksual dan agresif yang tidak sesuai dengan masyarakat, mendorong ego untuk mengejar hal-hal yang bersifat moralitis, dan mencapai kesempurnaan. Dengan demikian superego lebih bersipat pencapaian kesempurnaan daripada pencapaian kesenangan.

Dalam pemikiran freud bahwa energi psiskis dapat berpindah tempat tetapi tidak dapat hilang. Energi psikis dapat di pindahkan ke energi fisiologis atau sebaliknya. Perantara energi tubuh dengan kepribadian adalah id dan intrinsik-intrinsiknya (dalam Suryabrata, 1988:146-150). Insting mempunyai peranan penting dalam proses psikis karena insting adalah sejumlah energi yang memancarkan perintah dalam proses psikis. Insting berada dalam Id dan ada dua macam: Insting hidup dan insting mati. Yang pertama adalah untuk melayani individu agar tetap hidup, misalnya makan, minum, seksual, dan bentuk energi yang di pake oleh insting hidup adalah libido; insting yang kedua bersipat merusak atau membawa individu pada keinginan untuk mati, semua pada hakekatnya akan mati. Derivat insting mati adalah dorongan untuk bertindak agretif, misalnya perbuatan merusak dan berkelahi dengan orang lain. Kedua insting itu dapat bercampur, misalnya terlibat pada kegiatan makan. Makan mempunyai pada dua sisi: satu sisi sebagai kebutuhan hidup dan satu sisi lagi terkandung kegiatan menggigit dan mengunya yang merupakan manifestasi insting mati.

Energi psikis semuanya berasal dari Id. Energi itu di distribusikan dan digunakan oleh ketiga aspek kepribadian. Karena kuantitas kepribadian itu terbatas, dalam penggunaanya terjadi persaingan antara Id dan Ego, dan Superego. Ego tidak mempunyai energi sendiri, ia meminjam dari Id. Mekanisme perpindahan energi dari Id ke Ego disebut identifikasi, suatu proses yang di lakukan individu dalam menemukan kebutuhannya, yaitu dengan belajar membandingkan dan membedakan apa yang ada dalam batinnya dan apa yang ada dalam kenyataan (proses skunder). Id sebenarnya tidak membedakan segala sesuatu yang dihadapinya, apakah ingatan, tanggapan atau halusinasi sehingga dalam pemilihan objeknya bisa saja terjadi baik pada pengamatan realitis maupun pada tanggapan ingatan yang memenuhi keinginan, sedangkan dalam Ego terjadi perbedaan sehingga dalam proses itu terjadi penonjolan proses skunder dan seakan-akan energi psikis di dominasi oleh Ego kalau itu gagal memuaskan insting, Ego juga digunakan untuk kegiatan lain (kegiatan proses psikologis lainnya). Sebagian lagi energi itu digunakan untuk mengekang Id agar tidak influsif dan agresif (kekuatan pengekang atau penahan disebut anticathexis dan jiwanya cathexis pendorong). Sebagai aspek pelaksana kepribadian, ego mempergunakan energi yang dikuasainya untuk mengintegrasiakan ketiga aspek kepribadian. Mekanisme identifikasi tidak saja berkaitan dengan ego tetapi juga berkaitan dengan penyaluran energi ke Superego, proses awalnya terjadi pada pemenuhan kebutuhaN bayi yabg tergantung pada orangtua atau substitusi orangtua. Hal itu berkaitan dengan upaya pendisiplinan, pengajaran moral, dan nilai-nilai tradisional pada anak dengan memberikan hadiah dan hukuman. Meskipun energi itu dapat digunakan oleh Ego dan Superego, bagi Freud, bisa saja terjadi energi itu di ambil kembali oleh Id yang kemudian menyebabkan terwujudnya prilaku influs dan primitif (Suryabrata, 1988:154-159).

Kehidupan manusia atau individu sebenarnya merupakan pertentangan antara kekuatan mendorong dan kekuatan penahan. Keinginan untuk mencapai kemenangan yang bersumber dari id. Sangat kuat dan lingkungan untuk mencapai kepuasan itu bisa menyenangkan dan sekaligus juga bisa mengancam menghadapi situasi ancaman itu, manusia menjadi cemas atau takut.
Kecemasan dalam teori Fraud ada tiga yaitu kecemasan realitas, kecemasan neurotis dan kecemasan moral. Kecemasan realitas disebabkan oleh bahaya atau ancaman dari luar dan kecemasan itulah yang menjadi besar terhadap kedua kecemasan lain. Kecemasan neurotis ditimbulkan oleh adanya kemungkinan tidak terjadi insting kemudian mendorong individu tersebut suatu yang bersifat agresif sehingga dapat dihukum. Kecemasan moral adalah kecemasan kata hati, yaitu orang berpikir untuk berbuat sesuai dengan norma masyarakat (sesuai dengan tuntutan Superego) dan orang takut mendapatkan hukuman lagi seperti yang terjadi pada anak-anak.

Masa kanak-kanak merupakan masa yang sangat berarti dalam perkembangan kepribadian itu terbentuk pada akhir tahun kelima dan mengalami penghalusan pada masa berikutnya. Oleh sebab itu, masa kanak- kanal merupakan ayah manusia. Lagi pula ,kepribadian manusia berkembang dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan fisiologis,frustrasi,konflik dan ancaman. Keempat aspek itu besar berpengaruh pada perkembangan kepribadian individu (manusia).

Masalah yang cukup penting dalam teori Fraud adalah seksual. Masalah itu sudah dimulai sejak kelahiran mula-mula seksualitas anak ditandai dengan otoerotisme, lalu mencari objek diluar dan objek pertama yang dipilihnya adalah ibunya. Dari situlah berkembang kompleks oidipus. Kompleks oidipus muncul pada Pase palis dan merupakan cathexis seksual terhadap orang yang berkelana kelamin. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya mengusir ayahnya, dan anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan mengusir Ibunya; akan tetapi persamaan demikian akan berubah pada anak perempuan sedangkan pada anak laki-laki masih tetap. Dorongan inses dengan ibu menyebabkan anak laik-laki komplik dengan ayahnya. Permusuhan itu akan berhenti ketika anak laki-laki mengkhayal ayahnya akan mendukung atau menolong alat kelaminnya sehingga dorongan inses itu ditekan. Pada anak perempuan,anaknlain, dia mencintai ayahnya sebagai pengganti pengalaman trumatianha, karena tidak memiliki alat yang sperma sebagai seperti alat anak yang laki-laki. Dalam hal ini keadaan anak perempuan itu seperti dikas-trasi kompleks oedipus ditentukan pada masa laten dan muncul kembali pada masa pubertas.

C. Teori Mimpi

Teori mimpi merupakan salah satu penuaan Fraud mempunyai kedudukan penting dalam perkembangan psikoanalis Fraud melihat ada persamaan antara mimpi dan peristiwa tidak sadar seperti pada kasus pisikosis halusinasi yang akut. Halusinasi muncul karena tidak terwujudnya hasrat tersembunyi . Mimpi berkaitan dengan hasrat tersamar dan mimpi merupakan cara lain untuk melihat hasrat kita terwujud. Mimpi orang dewasa lebih sulit untuk dipahami karena penuh teka teki atau struktur yang rumit. Sedangkan mimpi anak-anak strukturnya lebih sederhana sehingga mudah dipahami.

Mimpi mempuyai dua isi menipes dan laten menipes adalah gambar-gambar yang kita ingat sewaktu kita bangun, sedangkan isi laten sulit dipahami karena silat tersembunyi . Isi laten itulah yang sulit ditafsirkan, isi laten ialah teks asli yang bersifat primitif yang sudah diputar balikan oleh isi menipes dan gambar-gambar itu harus disusun kembali menafsirkan mimpi berarti kita memasuki badan mekanisme penyamaran itu. Dalam hal ini kita akan menjelaskan hasrat tersembunyi melalui gambar-gambar mimpi yang melalui teka teki duan tumpang tindih.
Mekanisme atau cara kerja mimpi menurut Fraud meliputi:

  1. Proses pigurasi terjadi pemindahan pikiran ke dalam bentuk gambar, pikiran optatif digantikan oleh gambar aktual dan kata-kata dan proses figurasi ini kita akan melihat hasrat dalam bentuk nyata.
  2. Proses kondensasi yaitu peralihan dari konten tersembunyi pada teks yang menipes dengan menghubungkan beberapa pikiran tersembunyi dalam suatu imaji atau gambar tunggal.
  3. Proses pemindahan Suatu mimpi kadang -kadang menonjolkan suatu yang berlawanan arah kebalikan dari pikiran laten yang harus diwujudkan. Seakan hal ini akan terhindar dari pelacakan.
  4. Proses simbolisasi gambaran mimpi sering berhubungan dengan pikiran tersembunyi melalui hubungan Analogis dalam (Milner,1992:27-29). Keempat pekerjaan tersebut disebut pekerjaan mimpi yang membantu menyamarkan hasrat yang tidak wujud pada saat Sadar karena adanya sensor. Pekerjaan sensor itu bersifat khusus dan itulah yang dinamakan repsesi.
    Teori mimpi mendekatkan sastra dengan psikoanalisis bagi Freud (1983:33) mimpi yang diciptakan oleh sastrawan kerap kali sama dengan mimpi sejati aktivitas psikis dibawa Sadar pada dasarnya merupakan sebutan untuk pekerjaan kreatif sastrawan. Kreatif itu bersumber dari dorongan instink yang berdahulu pada neurosa. Milner (1992 :33-48) menjelaskan hubungan sastra degan psikoanalis ada dua:
    1) Freud melihat kesamaan oedipus sang raja karya shopokles atau hemlet karya shakespiare degan peristiwa bawah sadar manusia :ada hasrat kemasan tersembunyi kehadiran sastra dapat menyentuh perasaan kita sehingga hasrat kita terpuaskan. Hal itulah yang membuat oedipus sang raja atau hemlet dapat diterima oleh oedipus dimanapun dan kapan saja. Hubungan semacam itu dapat dilihat oleh paklor (legenda). Dengan mimpi bisa kita lihat masa kanak-kanak umat manusia pada umumnya.
    2) Proses elaborasi karya sastra ada hubungannya degan elabirasi, karya sastra ada hubungannya degan elaborasi mimpi (pekerjaan mimpi). Mimpi ibarat tulisan yaitu sebagai sistem tanda yang menunjuk pada suatu yang lain dan berbeda degan suatu tanda itu. Penafsiran mimpi ada persamaannya degan penafsiran huruf hieroglif Mesir. Kemudian ada hubungan bagian-bagian yang harus dipahami dalam rangka memahami yang lain. Kalau antologi mimpi itu dikaitkan degan tulisan yang sesungguhnya, keduanya berbeda karena tulisan normal (yang bisa kita lakukan) bersilat linear dan didasarkan pada hubungan logis untuk menyajikan pesan, sedangkan mimpi tidak linear bersilat figuratif dan tumpang tindih sehingga sulit dipahami oleh kita.
    D. APLIKASI TEORI FREUD
    Secara sederhana aplikasi teori Fraud dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengaplikasikan teori kepribadian dan mengaplikasikan teori mimpi. Tentu saja kedua itu adalah proses memudahkan proses pelajaran mahasiswa S1 dalam mengklasifikasikan teori Fraud yang harus dilakukan adalah memilih dan membaca karya sastra yang unik, misalnya karya Iwan Simatupang, Danarto dan beberapa karya unik seperti cerpen Hamsat Rangkuti ,tidak semua novel dapat di analisis dengan menggunakan teori Fraud.
    Aplikasi teori kepribadian adalah dalam rangka membahas silat tokoh cerita.
  5. mengamati dan mengidentifikasi pelaku dan watak tokoh. Apakah tokoh cerita bersilat impuls atau penuh pertimbangan
  6. Melihat perilaku apa yang paling menonjol pada tokoh cerita perilaku itu dikaji dan dihubungkan degan perilaku yang lain untuk menunjukkan perwatakan tokoh
    Aplikasi mimpi berbeda degan aplikasi kepribadian biasnya aplikasi ini dibantu oleh pendekatan semiotik agar dapat memahami teori semiotika. Untuk mengklasifikasikan teori mimpi, sebaiknya diperhatikan dulu cara kerja mimpi yang mengandung proses figurasi, kondensasi, pemindahan dan simbolisasi. Analisis model teori mimpi tidak mengandung model hubungan sebab akibat artinya perilaku tokoh diperlakukan seperti sebuah mimpi. Mimpi adalah cara pemenuhan hasrat Secara tersembunyi.
    Langkah yang dilakukan pertama adalah memilih karya sastra yang cocok degan teori mimpi. Artinya karya sastra yang dipilih adalah karya sastra yang tidak konvensional atau yang mengandung keunikan. Setelah itu kita memilih dan mengidentifikasi perilaku tokohnya setelah itu kita mengintegrasikan perilaku itu. Setiap perilaku tokoh dianggap sebagai tanda. Tanda itu diinterpretasi dan dihubungkan satu sama lain sebagai upaya penemuan makannya.

KESIMPULAN

Sigmund Freud. Beliau adalah orang pertama yang memunculkan istilah psikoanalisis. Psikolog asal Wina – Austria ini lahir pada 6 Mei 1856, merupakan putra pasangan Amalia dan Jacob Freud. Tokoh psikoloanalisis klasik ini wafat pada usia 83 tahun di London, pada 23 September 1939. Dan terkenal karena mengembangkan Psikologi Kepribadian. Freud mengambil jurusan kedokteran di Universitas Wina pada tahun 1973. Masa mudanya ia isi dengan banyak melakukan observasi dan penelitian. Kajiannya banyak membahas tentang kejiwaan dan kesesuaian pendirian. Baru pada tahun 1980-an, ia menjadikan ilmu psikologi sebagai bagian dari hidupnya. Sejak saat itu, ia terus mengembangkan teori psikoanalisis pikiran manusia.

Teori psikoanalisis klasik merujuk pada istilah yang dipopulerkan oleh Freud. Secara garis besar, teori ini menyatakan bahwa “ketidaksadaran” pada individu memiliki peran yang utama dalam diri seseorang.

Menurut freud konsep teori ini digunakan untuk meneliti kepribadian seseorang terhadap proses psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang bersifat ilmiah.

Freud, Singmund. 1986, sekelumit sejarah psikoanalisi. Terj. Kees Bertens.
Jakarta: Gramedia
Greimas.A.J. dan J.Countres1982 semiotics and Laguage :AnAnalitical Ditionary.Terj.Lerry Crist dkk.Blomington:Indiana University press.
Hall,Calvin S.1980.Pengantar kedalam ilmu jiwa sigmound freud.Terj.S.Tasrif. jakarta: Pembangunan.

Related Articles

Back to top button