SURADIN
Penulis Jalanan
DI sore yang tenang dengan lembayun senja yang manja, kami bersua dan merekatkan silaturahmi. Berbagi kabar. Senyum merekah sembari melepas pandang pada laut yang tenang. Mengagumi semesta nan indah dengan birunya teluk Cempi yang damai. Perahu – perahu dari jauh bergoyang dengan irama yang sama karena hempasan ombak yang menggulung. Semilir angin sore dengan mega – mega di ufuk timur memanjakan mata.
Kebetulan. Itu mungkin kata yang mewakili pertemuan kami di Sabtu sore ini tertanggal 21 Januari 2023. Tak pernah direncanakan sebelumnya. Lalu berpegang pada janji untuk bertemu di satu tempat. Menggunakan kecanggihan teknologi via aplikasi berbayar untuk patuh pada pertemuan yang pernah di hamparkan sebelumnya.
Ini di luar nalar manusia. Teknologi bisa saja diciptakan untuk mempermudah bahkan memprediksi sesuatu. Tapi tidak bisa menjangkau kekuasaan ilahi untuk menjangkau semua ciptaannya. Lalu manusia menyebutnya misteri. Itu sekilas menggambarkan suasana kami sore yang manja ini. Kami bertemu di luar rencananya.
Mula – mula saya dan bang syarif datang ke kaffe Ory di jalan lintas lakey wilayah administrasi desa Hu’u, Kecamatan Hu’u Kabupatem Dompu – NTB ini hanya untuk melepas penat setelah terjerembab dalam rutinitas. Bang syarif berdiri kedua dari arah kiri dalam foto dengan menggunakan baju berlogo perusahaan. Sementara saya, berdiri paling kanan dengan kaca mata di kepala. Di sebelah saya adalah kanda Iskandar atau lebih familiar di panggil Pas Dompu. Sementara yang paling kiri adalah bang Govin kakaknya Pas Dompu. Kemudian pemilik kaffe Ory, tempat dimana kami berpijak ini merupakan milik adiknya Pas Dompu dan Bang Govin.
Kaffe Ory merupakan tempat nongkrong yang asyik kala sore menyapa seperti ini. Di tambah lagi dengan posisinya yang startegis karena berada di pinggir jalan. Aksesnya sangat mudah dengan tempat parkir kendaraan yang lumayan luas. Terlebih lagi menu yang disajikan sangat bervariatif dengan tersedianya tempat karokean yang memanjakan pengunjung.
Tapi untuk saya dan bang syarif tidak sedang ingin berkaraoke. Kami hanya ingin menikmati lukisan semesta, sesuatu yang biasa kami lakukan di sela – sela kesibukan sebagai pembelajar. Kami menikmati suguhan kopi hitam di lantai 2 kaffe sebelum Pas Dompu datang mencairkan suasana. Kami berbincang banyak hal.
Tapi hanya sekilas merembes ke urusan pekerjaan. Kami lebih banyak saling memotivasi satu sama lain, lalu sesekali menganalisa arah hidup ke depan. Mengasah pikiran dengan cerita yang pernah mengendap lalu menemukan muaranya. Tidak saling menggurui. Saling menghargai satu sama lain, walau ide kami jarang bersesuaian. Itu tidak apa, bahkan itulah yang membuat kami terdorong untuk bertemu dan mendiskusikan banyak hal dengan sudut pandang masing – masing.
Kami menyimpan banyak gagasan, sembari mencari celah pada waktu untuk mengejawantahkannya. Kami sadar, dalam implementasinya di butuhkan komitmen tingkat dewa. Karena akan percuma ide dan gagasan ini hanya sekedar di diskusikan jika tidak diimplementasikan. Kami mencoba menuntaskannya satu persatu dengan segala daya dan kekuatan yang ada. Dengan memulai memetakannya, lalu mengukur kemampuan, walau kadang tertatih – tatih. Ada yang sudah dieksekusi, tapi banyak yang masih dalam tahap perencanaan.
Tapi saya sendiri bersyukur bisa kembali bertemu dan mengajak bang syarif berdiskusi, atau lebih tepatnya berbincang. Kadang serius, tapi tidak jarang lebih santay dan melepas tawa. Semua cair dalam keberagaman ide yang ditumpahkan dalam narasi yang landai.
Sesaat setelah meneguk kopi di atas meja, dari jarak yang tidak seberapa jauh di samping kaffe, muncul seorang yang sudah familiar di mata saya bang syarif. Dialah Pas Dompu. Melihat kami, ia lalu mengangkat tangan dengan senyum merekah yang tak henti. Ia mendekat lalu menaiki kaffe dari samping tanpa melalui tangga depan. Sejurus kemudian kami berbincang di lantai 3. Melihat birunya laut nan damai dengan sapuan mentari sore dengan kilauan serupa berlian.
Sebagai catatan, Pas Dompu adalah seorang anggota legislatif. Tapi beliau lebih di kenal sebagai pengusaha muda yang sukses. Bisnisnya menggurita di beberapa daerah. Di kampung halamannya, ia memiliki sekolah, perusahaan, percetakan bahkan memiliki hamparan tanah di beberapa desa. Di pulau Lombok, dia membangun kantor perusahaannya, begitu pula di pulau Kalimantan. Tidak berhenti sampai di situ, dirinya pun menyapa ibu kota dengan bisnisnya. Dengan umurnya yang masih belum bisa disebut tua, ia telah mencapai semua itu. Sesuatu yang tidak semua orang bisa menggapainya.
Tapi Pas Dompu bukan orang yang sombong atas pencapaiannya yang luar biasa ini. Dirinya bahkan terdorong memotivasi anak muda seperti kami untuk berpikir maju. Tidak boleh menyerah dalam kondisi apa pun. Dan menariknya ia tidak pernah lupa untuk bersyukur atas apa yang di raihnya saat ini.
“Semua ini hanya titipan, dan hanya selembar kain kafan yang membungkus tubuh kita kala kematian menjemput,” ucapnya dengan suara lirih.
Di antara kebiasaan yang membuat banyak orang senang kepadanya adalah sikapnya yang selalu ramah dan murah senyum. Tidak hanya orang yang baru dikenalnya, terlebih mereka yang sudah sering bersua dengannya di banyak kesempatan. Mungkin tidak berlebihan kalau dikatakan, bahwa orang di kabupaten Dompu, baik di level birokrasi, LSM maupun di masyarakat pedesaan hampir tidak ada yang tidak mengenal beliau. Walaupun dia tidak datang dari golongan artis, tapi sikap ramah dan suka menolong sesama membuatnya di kenal luas oleh banyak kalangan. Begitu pula sikapnya kepada kami yang dianggapnya sebagai adik sendiri.
Pada saat bertemu dengan saya dan bang syarif hari ini, Pas Dompu memberi gambaran tentang langkah – langkah bisnisnya ke depan. Pengharapannya memang begitu tinggi, tapi ia telah sampai pada puncak dimana orang seperti kami masih merencanakannya. Di kesempatan tersebut, saya lebih banyak mendengarkan sembari memahami setiap ucapannya yang luar biasa.
Bagi kami sebagai anak muda, Pas Dompu menjadi barometer kesuksesan anak desa yang telah melalang buana di jagat khatulistiwa. Ia menginspirasi semua kalangan. Padanya ada karakter seorang pekerja keras yang tak pernah pudar dan tak pernah tunduk pada kegagalan. Dirinya laksana embun yang membasahi dahaga kami akan motivasinya untuk terus berkembang dan mampu menaklukan setiap tantangan.
Suatu pertemuan yang tidak pernah diduga. Disangka, bukan menjadi tersangka. Sebuah kado istimewah dari tuhan di sore ini bisa bersua kembali dengan seorang pengusaha sukses nan inspiratif. Yang tentunya memberikan semangat yang luar bisa agar kami tetap melangitkan optimisme dalam menatap masa depan.
“Kalian anak muda yang luar biasa. Jangan pernah berhenti untuk belajar,” ujarnya dengan penuh semangat.
Tak terasa hari semakin sore. Tampak beberapa menit ke depan malam akan segera menyambut. Bahkan adzan magrib akan berkumandan di surau terdekat. Sebelum semua itu datang menyapa, kami pun memutuskan untuk pulang lebih awal. Namun, sebelum benar – benar pulang , kami pun foto bersama untuk mengikatkan momen pada perjumpaan hari ini.
Biarkan semesta menjadi saksi, bahwa jika sesuatu yang dilakukan dengan niat yang baik, maka pemilik semesta pun akan menghadiahinya dengan kebaikan pula. Di saat foto bersama ini pula saya bermunajat kepada tuhan, semoga kelak saya bisa sukses seperti Pas Dompu.