Sumbawa, Fokus NTB – Kalangan nelayan pesisir dan penggiat wisata Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, mengaku sangat resah akibat ulah penangkapan ikan menggunakan bahan peledak atau bom rakitan di perairan Teluk Saleh.
Teluk Saleh telah dikenal sebagai aquarium dunia oleh para peneliti. Hampir segala spesies ikan laut ada di perairan tersebut, kekayaan hayati perairan Teluk Saleh amat luar biasa, maka tak heran kawasan Teluk Saleh, Moyo dan Tambora (Samota) pun ditetapkan sebagai cagar biosfer oleh UNESCO sejak 19 Juni 2019 di Paris.
Selain kekayaan hayati laut, ikan konsumsi menjadi pendapatan utama masyarakat pesisir Teluk Saleh sekitar 71 spesies. Ikan terbanyak ditangkap yaitu dari jenis tongkol, tuna, kerapu, kakap, kue dan baronang. Adapun komoditas utama ikan yang memiliki nilai ekonomis penting adalah Kakap dan kerapu.
Kalangan nelayan pesisir dan penggiat wisata Teluk Saleh mengaku sangat resah akibat ulah penangkapan ikan menggunakan bahan peledak atau bom rakitan yang makin marak terjadi di daerah tersebut.
“Kenyataannya pelaku yang menangkap ikan menggunakan bahan peledak terjadi di berbagai titik di wilayah perairan Teluk Saleh yaitu Gili Dangar Rea, Tanjong Bara, Gili Ngali dan Gili Liang yang merupakan Kawasan konservasi. Nelayan yang melakukan penangkapan ikan yang merusak dengan menggunakan bom ikan rakitan bebas seolah tanpa pengawasan,” ucap Asrul pegiat wisata Teluk Saleh, Jumat (27/1).
Hasrul menjelaskan, bahkan oknum tersebut secara terang-terangan melakukan aksinya di pagi dan sore hari
“Jika hal tersebut dibiarkan maka dikhawatirkan akan terjadi kerusakan biota laut termasuk kerusakan terumbu karang yang mengancam sumber penghidupan nelayan pesisir Teluk Saleh,” jelas Asrul.
Hal senada juga disampaikan oleh pak Har salah satu nelayan pesisir Teluk Saleh, terdapat 4 sampai 8 sampan yang setiap harinya dan sering melakukan aktivitas pengeboman di perairan sebelah Timur Gili Dangar Rea, termasuk kegiatan penangkapan ikan menggunakan potasium juga masih ditemukan.
“Jika ini dibiarkan, dikhawatirkan akan mengancam sumber mata pencharian nelayan di pesisir Teluk Saleh,” ungkapnya.
Asrul dan pak Har berharap, dinas terkait termasuk Polairud secara intens melakukan patroli pengamanan di wilayah Teluk Saleh. Karena pengeboman hampir terjadi setiap hari.
“Ada unsur kesengajaan yang dilakukan oleh oknum tertentu, terutama saat laut sepi yakni pada sore dan pagi hari. Dampak dari pengeboman itu sangat dirasakan oleh para nelayan yaitu, semakin susahnya menangkap ikan ditambah pula dengan jarak melaut yang semakin jauh akibat rusaknya terumbu karang yang merupakan rumah ikan diwilayah tersebut,” tegasnya.
“Kami minta penegak hukum polairud dan dinas terkait segera turun tangan untuk melakukan pengawasan karena dinilai sangat lemah dan hampir tidak pernah ada lagi patroli laut yang di lakukan oleh penegak hukum. Sehingga nelayan pengebom ikan leluasa,” tutupnya.