BudayaOpiniPeristiwa

Leadership Rhoma Irama sebagai Jati Diri Kelompok Musik Dangdut OM Soneta

oleh Rivaldi Ihsan, Etnomusikolog dan Dosen Seni Musik UTS

Literatur musik di Indonesia beberapa tahun terakhir semakin populer dikalangan seniman, budayawan, peneliti, dan penulis musik. Mengingat atas kesadaran para pemerhati, peneliti, penulis, musisi, seniman, dan budayawan untuk merawat serta melestarikan budaya musikal lokal yang tercantum dalam Pengesahan Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan Republik Indonesia. Undang-undang pemajuan kebudayaan ini juga, berfungsi sebagai pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, serta pembinaan kebudayaan nasional.

Faktanya sebelum lahirnya undang-undang pemajuan kebudayaan yang merupakan program pemerintah pusat yang turunannya akan dilaksankan oleh pemerintah daerah setempat, sebenarnya sudah banyak di antara para seniman, musisi, peneliti, penulis seni yang telah melakukan pemajuan kebudayaan Indonesia baik dari segi karya seni pertunjukan musik maupun karya literatur musik.

Terkadang karya-karya itu menjadi tumpukan arsip yang menempati perpustakaan-perpustakaan kampus seni tanpa kelanjutan. Namun, pada perkembangannya saat ini, banyak dari karya-karya seni itu sendiri, sudah mulai terpublis pada setiap akun sosial media masing-masing yang dimiliki oleh seniman ataupun budayawan misalnya seperti akun channel youtube.

Channel Youtube pun menjadi sangat popular dikalangan para komposer, arranger, musisi tradisi, musisi modern Indonesia baik yang muda maupun yang tua. Mereka pun berlomba-lomba untuk membuat akun channel youtube, agar mendapat panggung juga di dalam dunia permusikan virtual kini. Di mana channel youtube digunakan untuk membahas sejarah musik, perjalanan karir bermusik, konsep penciptaan musik, kesejahteraan pemusik, fans fanatik musik, dan bahkan seputar kehidupan pribadi seorang musisi tersebut.

Pada tulisan kali ini, penulis tertarik untuk membahas akun channel youtube “Bisikan Rhoma” (bincang asik barengan Rhoma Irama) yang dipadu oleh Ryan Kampua yang merupakan seorang jurnalis. Channel Rhoma menarik untuk dibahas lalu dituliskan kembali secara analitik bagaimana proses ide kreatif penciptaan musik dan leadership seorang Rhoma Irama yang merupakan seorang maestro senior musik dangdut Indonesia. Serta strategi apa yang dilakukan oleh Rhoma Irama untuk mempertahankan keberadaan kelompok orkes melayu atau OM Soneta grup yang dipimpinnya.

Rhoma pun mengatakan; untuk mempertahankan eksistensi suatu kelompok musik dibutuhkan leadership yang berkualitas dan profesional atas pekerjaan yang ditekuni. Hal ini pun dapat dilihat dan terbukti bagaimana Rhoma Irama yang mengatur semua kebutuhan personil musik, baik dari segi konsep aransemen musik, konsep pertunjukan, bahkan hingga konsep artistik panggung berserta kostum Soneta grup.

Leadership Rhoma Irama dalam OM Soneta Grup
Rhoma Irama lahir 11 Desember 1946 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Ayahnya bernama Raden Burdah Anggawirya merupakan seorang mantan pejuang komandan gerilyawan yang mahir memainkan musik dan bernyanyi cianjuran dan ibu bernama R.A Tuti Juariah juga pandai bernyanyi. Kedua orang tua sangat menyukai musik, sehingga kesukaan kedua orang tua juga membuat Rhoma Irama menekuni bahkan hingga terjun ke dunia musik (Tony Van Java, 2014: 1).

“Sejak umur 11 tahun Rhoma Irama sudah menekuni musik dengan menjadi seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu. Lalu, Ia juga membuktikan dengan mendirikan kelompok musik band bernama Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah lalu bergabung dengan Orkes Chandra Leka, hingga pada akhirnya ia pun membentuk kelompok band sendiri bernama Soneta grup yang berdiri pada tanggal 13 Oktober 1973 hingga saat ini” (https://id.wikipedia.org/wiki/Rhoma_Irama). Saat ini usia Rhoma 74 tahun, ia pun masih aktif bermusik mencipta lagu, latihan, dan manggung bersama teman-teman OM Soneta grup. Ini menunjukkan bahwa ia merupakan sosok leadership yang masih konsisten di dunia industri musik Indonesia.

Saat ini pun, kita masih dapat menikmati pertunjukan musik Rhoma Irama yang selalu menghiasi televisi atau akun media sosial kita, baik seputar pertunjukan ataupun wawancara seputar musik dangdut, seperti yang ada di akun channel youtube sang raja dangdut. Ada pun nama akun channelnya ialah Bisikan Rhoma, bertema #3: 50 Tahun Soneta Merubah Lanskap Musik Indonesia”.

Obrolan diskusi santai di channel itu terlihat santai, sehingga siapa pun yang menonton channelnya akan mendapat mengetahui sejarah perkembangan musik dangdut Indonesia dari masa ke masa. Sementara untuk puncak kejayaan musik dangdut di Indonesia pada tahun 70’an berdampingan dengan puncak kejayaan musik rock pada waktu itu. Konsistensi Rhoma dalam dunia industri musik dangdut dapat dibuktikannya hingga saat ini, bahwa ialah adalah seorang “one man one show”. Di mana ia merupakan seorang penulis, pencipta, pengaransemen musik sebanyak 1000 lagu dengan jumlah album 103.

Rhoma mengatakan bahwa bakat leadership yang ada di dalam dirinya bukan lahir begitu saja, bakat itu melalui proses yang sudah dirasakannya sejak kecil, ketika bergaul bersama teman-temannya. Semua itu adalah anugerah pemberian oleh Allah SWT dapat memiliki bakat. Leadership atau kepemimpinan sebenarnya sudah ada di dalam setiap diri manusia, misalnya dalam kehidupan sehari-hari di dunia pergaulan, saya sering jadi pemimpin sejak kecil atau terkadang dipilih oleh teman-teman, kemudian di mana bakat itu juga dapat saya rasakan dan terapkan dalam bermusik bersama teman-teman Soneta grup sampai saat ini, mereka pun nyaman bermusik dengan saya”, ujar Rhoma.

Modal utama leadership yang dibangun oleh Rhoma Irama dalam kelompok OM Soneta ialah; pertama, seorang musisi harus memiliki skill bermusik dan menjiwai seni, seperti mengerti dan mengetahui musik dan lagu yang bagus itu syaratnya memiliki argumentatif, musik dan lirik nikmat sehingga mudah dihapal, lalu di antara lirik, notasi, beat, dan harmonisasi harus menyatu di dalam dapur rekaman. Selain itu, seorang leadership juga harus paham mengenai fungsi alat musik yang digunakannya, bagaimana memainkan gendang dan keyboard yang indah sehingga menghasilkan sound yang enak pula untuk di dengar di telinga.

Kedua, seorang leadership harus memiliki visi dan misi arah tujuan yang jelas mengarahkan kelompok musiknya untuk membentuk ciri dari kelompok musik tersebut. Selain itu, wawasan pengetahuan tentang musik harus luas, sehingga kelompok musik itu dapat bertahan hingga eksistensinya dapat diperhitungkan hingga puluhan tahun ke depan. Selain itu, kedisiplinan dalam hal latihan dan pertunjukan musik menjadi tolak ukur utama, serta dengan tidak melupakan nilai-nilai humanity yaitu; tolong menolong, cinta kasih, solidaritas, dan gotong royong demi kemajuan kelompok musik.

Ketiga, pembagian insentif harus adil bukan berarti sama rata, sebab setiap individu yang bergabung di dalam OM Soneta memiliki peran dan kontribusi yang berbeda-beda. Misal di dalam musik ada lima peran yaitu; 1, manajer, 2, pencipta lagu, 3. penyanyi, 4, musisi, dan aransemen musik tentu memilik insentif yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat bobot kinerjanya masing-masing. Dengan pembagian insentif yang adil yang diterapkan oleh Rhoma Irama, maka seluruh personil musik akan dapat merasakan kesejahteraan.

Lagu-lagu sebagai Pesan Moral Kehidupan
Rhoma mengatakan bahwa “musik bukan hanya sekedar hura-hura semata, musik merupakan bagian dari jiwa saya, saya sangat takut apabila membuat lagu yang tidak bisa saya amalkan dalam kehidupan sehari-hari, takut bangat sama ancaman murka Allah kepada orang yang bisa hanya dapat berbicara, namun tidak mengamalkan atau mengerjakan dalam praktik kehidupan sosial sehari-hari”, ujar Rhoma.

Dari kutipan wawancara di atas kita dapat melihat bagaimana sosok Rhoma bukan hanya seorang penyanyi dangdut saja, ia juga merupakan seorang tokoh muslim yang taat mengamalkan ajaran-ajaran syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat juga ia katakan saat wawancara di channel miliknya. Bahwa semua personil OM Soneta wajib melaksanakan solat fardhu berjamaah selama proses latihan ataupun sebelum dan setelah pertunjukkan musik, di mana Imam solat tersebut ialah Rhoma Irama sendiri.

Rhoma bercerita pada tahun 1973 Rhoma Irama bersama OM Soneta grup komitmen dan konsisten dengan musik dangdutnya sampai saat ini, tanpa harus menyentuh atau menikmati al-kohol, narkoba, dan maksiat-maksiat lainnya yang dilarang oleh ajaran Islam. Lagu pesan dakwah itu, dapat kita temukan dalam lirik-lirik lagu judi dan mirasantika. Selain itu , ada juga lirik lagu pesan nasehat kepada penikmat musik dangdut seperti begadang, gali lobang tutup lobang, dara muda, dan keramat.

Selanjutnya, untuk proses penciptaan lirik lagu Rhoma Irama biasanya melalui apa yang dirasakan dan dialami baik secara langsung dan tidak langsung melalui pengalaman pribadi pribadi ataupun pengalaman kehidupan sosial yang ada di sekitarnya. “Untuk lagu ada yang bersifat yang kita alami, adopsi dari kisah pengalaman orang lain untuk mewujudkan ke sebuah lagu, dan ada juga lagu yang bersifat imajinasi, biasanya lagu-lagu yang bisa betul-betul kita alami jauh lebih kuat fillnya dari pada lagu-lagu adopsi atau imajinasi, daya sentuh lagu tersebut tentu akan mempengaruhi latar belakang sebuah lagu”, ujar Rhoma.

Dalam wawancara ekslusif itu tak lupa pembawa acara Roy Kampua pun menanyakan kepada Bens Leo seorang pengamat musik Indonesia, ia pun berkata: Rhoma Irama merupakan seorang tokoh “one man one show” di dalam dunia industri musik Indonesia, di mana Rhoma merupakan seorang produser, komposer, pencipta lagu, penata musik, penata panggung, dan bahkan satu-satunya grup dangdut Indonesia yang memakai koreografi langsung dibuat oleh Rhoma”, ujar Bens Leo.

Senada dengan beberapa musisi Soneta, seperti Chovif seorang pemain gendang yang telah bergabung bersama soneta grup selama 42 tahun, berkata: Bang Haji Rhoma itu bukan hanya seorang musisi saja, beliau juga seorang guru yang membimbing dan mengarahan para pemusiknya menjadi lebih baik dari segi musik maupun tentang agama.

Begitu juga pernyataan Puji seorang penyanyi latar Soneta berakata; saya pernah diomelin sama pak haji sampai nangis pengin keluar dari Soneta, ternyata beliau mengajari saya tentang kedisiplinan, ketegasan, keberwibawaan, selain itu beliau juga sosok yang humoris.

Melaui paparan di atas dapat ditarik simpulan, bahwa Rhoma Irama merupakan salah satu tokoh leadership musik yang berpengaruh dalam dunia musik populer Indonesia. Di mana leadership itu terbukti dengan eksistensi OM Soneta yang masih bertahan hingga saat ini. Model leadership Rhoma Irama dapat menjadi referensi bagi para musisi-musisi muda masa kini. Di mana Leadership yang baik itu, ialah memiliki capaian visi misi, mempunyai skill bermusik dan mempunyai jiwa seni, pengetahuan wawasan tentang musik yang luas, serta memiliki komitmen, konsisten dalam dunia musik, dan memiliki nilai-nilai humaniti.

FokusNTB

Pengelola menerima semua informasi tentang Nusa Tenggara Barat. Teks, foto, video, opini atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke fokusntb@gmail.com

Related Articles

Back to top button