BisnisEdukasi

Mengatasi Dilema UMKM Indonesia: Pembelajaran dari Pelaku UMKM di Samota dalam Mengurai Permasalahan dan Memperkuat Upaya Pengembangan

Kelompok 12 :
Cadas Al Fiqroh (221009050)
Mardaiani Pertiwi (221009045)
Rian Sahriantara (221009053)
 
Dosen Pengampu: Abdul Salam, S.E., M.M.
 
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah fondasi ekonomi di tingkat daerah, termasuk di Kabupaten Sumbawa. Dalam proses pembangunan kawasan strategis Samota (Saleh, Moyo, Tambora), UMKM memiliki peranan krusial dalam menjadi pendorong ekonomi bagi masyarakat setempat. Meski begitu, pelaku UMKM masih menghadapi sejumlah tantangan baik dari sisi struktural maupun teknis, mulai dari akses modal yang terbatas, kurangnya pendampingan, hingga masalah pemasaran.


Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi di lapangan, kami mengadakan wawancara dengan dua pemilik UMKM di Samota, yaitu Ibu Cindy Khumairoh yang menjalankan bisnis Seblak Codap, dan Ibu Endang yang berbisnis kentang serta jamur crispy dengan berbagai pilihan rasa. Keduanya memiliki latar belakang yang berbeda namun menghadapi tantangan yang sama.
Ibu Cindy memulai usahanya secara online pada tahun 2019. Dia memanfaatkan media sosial untuk menjangkau pelanggan dan menerapkan sistem COD (cash on delivery) dengan menggunakan kurir pribadinya. Setelah vakum karena urusan pribadi, ia kembali membuka lapak di Pantai Saliper. Namun, tempat tersebut hanya ramai pada saat-saat tertentu.

“Pada hari-hari biasa sepi, ramainya pas ada event – event tertentu mbak,” ujarnya.
Pada tahun 2024, Ibu Cindy memutuskan untuk memindahkan usahanya ke wilayah Samota. Perpindahan ini memberikan hasil yang positif: jumlah pelanggan meningkat, lokasi menjadi lebih strategis, dan penjualannya meningkat. Namun, sampai saat ini, beliau belum pernah menerima pelatihan atau bantuan dari pihak pemerintah. “Semua modal berasal dari tabungan pribadi. Saya memulai semuanya sendiri dari awal,” ujarnya.


Sementara itu, Ibu Endang memulai usahanya pada tahun 2021, dengan produk utama berupa kentang dan jamur crispy dalam berbagai varian rasa. Pada awalnya, usaha ini dijalankan oleh karyawan, namun pada tahun 2022, beliau memutuskan untuk terlibat langsung mengelola usahanya. Menurutnya, tantangan yang paling sering dihadapi adalah ketidakpastian jumlah pembeli. “Terkadang ramai, terkadang sepi. Namun sekarang sudah mulai stabil karena Samota semakin ramai,” jelasnya.


Berbeda dengan ibu Cindy, Ibu Endang telah memperoleh beberapa jenis dukungan dari pemerintah dan lembaga lainnya. Ibu Endang pernah diundang oleh DISPERINDAG (dinas perindustrian,perdagangan,koperasi,usaha kecil dan menengah) untuk mengikuti pelatihan, serta mendapatkan bantuan teknis seperti pembuatan QRIS dan pendampingan dalam pengurusan label halal. “Ini sangat membantu. Meski belum merata, program seperti ini penting untuk menopang perkembangan UMKM ,” katanya.


Dari dua pengalaman tersebut, kita dapat mengidentifikasi beberapa tantangan utama UMKM di Sumbawa:

  • Minimnya akses pembiayaan, karena sebagian besar pelaku UMKM masih mengandalkan modal pribadi.
  • Belum meratanya pelatihan dan pendampingan teknis, terutama dalam bidang pemasaran digital, manajemen stok, dan pengembangan produk.
  • Tantangan lokasi dan daya saing pasar, yang sangat memengaruhi omzet harian.
  • Kurangnya informasi dan sosialisasi program pemerintah, sehingga masih banyak pelaku usaha yang belum tersentuh program pembinaan.
    Akan tetapi, kisah Ibu Cindy dan Ibu Endang juga menunjukkan bahwa pelaku UMKM memiliki motivasi yang besar untuk bertahan dan berkembang. Baik melalui promosi online, inovasi produk, maupun pengembangan strategi usaha, mereka terus mencari cara agar usahanya tetap relevan dan diminati.
    UMKM di Kabupaten Sumbawa, khususnya di kawasan Samota, menyimpan potensi besar sebagai motor ekonomi daerah. Kisah dua pelaku UMKM ini mencerminkan pentingnya pendampingan yang tepat, akses yang merata, dan strategi pembinaan yang tidak seragam, mengingat kebutuhan setiap usaha memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
    Kami merekomendasikan agar:
  • Pemerintah daerah meningkatkan jangkauan sosialisasi program kepada pelaku UMKM kecil dan mandiri;
  • Lembaga keuangan menawarkan skema pembiayaan ringan dan fleksibel bagi UMKM pemula;
  • Pelatihan difokuskan pada pemasaran digital, manajemen usaha sederhana, dan pengembangan produk lokal;
  • Kolaborasi antar-UMKM ditingkatkan untuk berbagi pengalaman dan membangun jejaring usaha.
    Dengan semangat mandiri dan inovatif yang telah dimiliki pelaku usaha seperti Ibu Cindy dan Ibu Endang, serta dukungan kebijakan yang berpihak, UMKM Sumbawa akan semakin kokoh menjadi pilar ekonomi lokal yang tangguh dan berkelanjutan.

Related Articles

Back to top button