Edukasi

Kami Berco Sejak Leluhur, Bukan Tempelan Sejarah

Muhsan Jayadi
(Pemuda Adat Tau Berco)

Kami tidak sedang mencuri sejarah siapa pun. Kami sedang menagih hak kami sendiri — yang terlalu lama ditutupi simbol-simbol megah yang tak pernah melindungi kami.

Ketika Nama Kami Diperolok

Kami keberatan ketika hari ini muncul opini yang menyebut masyarakat adat seperti kami sebagai hasil “pembercoan” — seolah kami tiba-tiba muncul membawa panji sendiri, mencemari kesucian sejarah “Tau Samawa”. Tentu saja itu menyakitkan.
Saya adalah pemuda adat dari Cek Bocek, atau yang dikenal sebagai Suku Berco. Kami hidup bukan di dalam istana, tapi di antara hutan, tanah pertanian, dan mata air yang kami jaga sejak dulu. Kami bukan bagian dari aristokrasi adat atau struktur Kesultanan Sumbawa, tapi kami punya warisan sendiri: adat hidup, bukan simbol mati.

Berco Bukan Simbol Tempelan

Berco bukan sekadar nama. Ia adalah simbol keberanian, pelindung wilayah, sekaligus penjaga nilai-nilai luhur seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kesetiaan pada tanah leluhur.
Bagi kami, Berco adalah tubuh pengetahuan adat, bukan sekadar hiasan atau proyek politik. Kami tidak sedang “meminjam” simbol siapa pun. Kami Berco sejak awal, bahkan sebelum istilah ‘Tau Samawa’ dikunci dalam narasi tunggal feodalisme.
Menuduh kami “di-berco-kan” adalah cara halus untuk menyebut kami palsu. Itu bukan sekadar keliru secara sejarah, tapi juga menyakitkan secara moral.

Yang Tidak Tercatat, Bukan Berarti Tidak Ada

Mereka yang menulis sejarah dari dalam istana akan selalu merasa paling sah,apalagi berbasis dari serpihan kolonial. Tapi kami punya sejarah sendiri — tidak ditulis di atas kertas, melainkan di batu, air, dan tutur lisan. Hutan kami adalah arsip hidup. Ritual kami adalah kalender waktu.
Narasi besar tentang Tau Samawa yang dipegang elite adat memang punya tempatnya. Tapi jangan pernah menjadikan narasi besar itu sebagai satu-satunya versi kebenaran.
Kami ada bukan karena diundang. Kami ada karena kami memang belum pernah pergi.

Ketika Simbol Tidak Lagi Membela

Di tengah ekspansi tambang raksasa PT AMNT, kami mengalami kehilangan besar: hutan dirusak, situs leluhur kami terancam dihancurkan, dan kami tidak pernah diajak bicara. Semua berlangsung di tanah yang kami jaga turun-temurun.
Simbol-simbol besar adat — yang sering dipajang dalam seremoni megah — tidak membela kami. Ketika kami memohon perlindungan, mereka diam. Ketika kami berdiri, mereka menertawakan.
Justru Berco — simbol kami sendiri — yang menjadi tempat kami berlindung, membangun kekuatan, dan membentuk perlawanan.

Bukan Melawan Samawa, Tapi Melawan Homogenisasi

“Den eta den ara,len desa len sejarah”,
Kami tidak melawan “Tau Samawa”. Kami menolak cara berpikir yang memaksa semua orang menjadi satu rupa, satu sejarah, satu adat, satu simbol. Kami menolak dijadikan “sub-kultur” atau pelengkap di pinggiran.
Sumbawa adalah tanah multi-identitas. Ada komunitas yang lahir dari Kesultanan, dan ada pula seperti kami — komunitas adat yang hidup otonom, berbasis wilayah leluhur, dan punya sistem nilai sendiri. Itu bukan ancaman bagi persatuan. Itu justru kekayaan yang harus dirawat.

Kami Menulis Sejarah Ulang

Hari ini, kami telah menulis Perdes pengakuan adat. Kami telah memetakan wilayah leluhur. Kami berdialog dengan lembaga nasional dan internasional. Kami menggunakan teknologi, hukum, dan media. Tapi akar kami tetap di tanah — dan di Berco.
Kami tidak butuh pengakuan dari simbol-simbol yang selama ini membungkam kami. Kami butuh pengakuan dari negara, dari publik, dan dari sejarah yang lebih adil.

Kami Tetap Berdiri

Saya, dan banyak pemuda adat lainnya, tidak ingin sekadar dilabeli “warisan lokal”. Kami ingin masa depan yang setara. Kami ingin hidup dengan martabat. Kami ingin adat kami diakui, bukan direduksi.
Kami tidak datang untuk menyaingi simbol siapa pun. Kami datang untuk mengambil kembali suara kami sendiri.
Dan selama hutan masih bernapas, dan tanah masih menyimpan jejak kaki leluhur kami, kami akan terus berdiri — sebagai Berco, bukan tempelan siapa-siapa.

Muhsan Jayadi
(Pemuda Adat Tau Berco)

Related Articles

Back to top button