Membangun Daya Saing UMKM Ketan Susu Sumbawa Melalui Konsep Inovatif dan Peran Koperasi

Oleh: Berliana Putri, Tiara Dwi Aryanti, dan Wulan Meylani R.A
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Teknologi Sumbawa
UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) telah lama menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Lebih dari 99% pelaku usaha di negeri ini berada di sektor UMKM, menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan memperkuat ekonomi lokal melalui inovasi dan kearifan budaya. Di tengah gempuran industri besar dan produk massal, UMKM justru menawarkan pendekatan yang lebih humanis dan berakar pada kebutuhan serta budaya masyarakat. Salah satu contohnya adalah UMKM Ketan Susu Sumbawa.
Menariknya, usaha ini bukan dijalankan oleh seseorang yang berfokus penuh di bidang wirausaha, melainkan oleh individu yang memiliki pekerjaan utama di sektor formal. Sepulang kerja, ia tetap konsisten membuka lapak ketan susu—sebuah pangan lokal yang dikemas secara kreatif dan menarik. Dedikasi ini bukan hanya mencerminkan semangat kewirausahaan, tapi juga memberi inspirasi bagi banyak orang yang ingin memulai usaha dari nol. Ia membuktikan bahwa keterbatasan waktu bukanlah penghalang untuk tumbuh dan berkembang.
Secara umum, sektor kuliner memang masih menjadi primadona dalam dunia UMKM. Bukan hanya karena modalnya yang relatif terjangkau, tetapi juga karena daya tariknya yang tak lekang oleh waktu. Dari warung makan, camilan ringan, hingga makanan tradisional seperti ketan susu, semuanya memiliki peluang pasar yang besar, baik lokal maupun nasional. Ketan susu, misalnya, tak hanya menawarkan rasa, tapi juga cerita—tentang tradisi, budaya, dan kreativitas.
Namun, di balik potensi besar, UMKM seperti ini tetap menghadapi sejumlah tantangan. Keterbatasan modal untuk bahan baku berkualitas, pemasaran yang masih konvensional, dan kompetisi dari produk luar daerah menjadi hambatan nyata. Di sinilah koperasi seharusnya mengambil peran lebih signifikan.
Koperasi dapat menjadi mitra strategis bagi UMKM—menyediakan akses pembiayaan dengan bunga ringan, pelatihan manajemen usaha, hingga membantu memperluas jaringan pemasaran. Dengan bergabung ke koperasi, pelaku UMKM seperti pemilik Ketan Susu Sumbawa bisa memperoleh kemudahan dalam memperoleh bahan baku bersama, menekan biaya produksi, dan mendapatkan pelatihan digital marketing. Dalam jangka panjang, ini akan memperkuat daya saing mereka.
Langkah pemilik UMKM Ketan Susu Sumbawa untuk aktif mengikuti pelatihan kewirausahaan, memanfaatkan media sosial secara bertahap, dan terus meningkatkan kualitas produk adalah langkah cerdas dan adaptif. Bahkan, ia telah mulai menjajaki promosi digital agar tidak terus-menerus bergantung pada pemasaran dari mulut ke mulut.
Melalui sinergi antara inovasi produk, adaptasi terhadap digitalisasi, dan dukungan koperasi, UMKM Ketan Susu Sumbawa diyakini dapat menjadi ikon kuliner lokal yang tak hanya eksis, tapi juga berdaya saing tinggi. Tidak berlebihan jika kami menyebutnya sebagai miniatur semangat “wirausaha merdeka”—yakni berdiri dengan kaki sendiri, tapi tak menolak tangan yang datang untuk saling menguatkan.
Oleh karena itu, kami merekomendasikan kepada pelaku UMKM lainnya agar tak ragu memulai usaha, meskipun sebagai pekerjaan sampingan. Gunakan waktu sebaik mungkin, bangun kolaborasi dengan koperasi, dan terus tingkatkan kapasitas diri melalui pelatihan-pelatihan yang relevan. Teknologi digital adalah peluang, bukan ancaman—asal digunakan dengan bijak.
UMKM Ketan Susu Sumbawa membuktikan bahwa kunci sukses UMKM bukan sekadar modal, melainkan keberanian untuk memulai, konsistensi dalam berinovasi, dan kemauan untuk terus belajar. Dengan semangat itu, UMKM bukan hanya akan bertahan, tapi juga tumbuh dan bersinar di panggung ekonomi nasional.